PERTUMBUHAN DENGAN
KELAINAN
Merupakan Tugas Mata
Kuliah Tumbuh Kembang Anak
Dosen Pengampu : Sri
Sumini, S.KM.
Disusun Oleh:
1.
Endang Zaeni A (SK.210.017)
2.
Mei Widanarti (SK.210.027)
3.
Nur Hidayati (SK.210.034)
4.
Tanti Setiani (SK.210.041)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2013
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Memiliki
anak
yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia merupakan dambaan
setiap orang tua. Dalam mencapai hal tersebut terdapat berbagai kriteria yang
harus terpenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya adalah
faktor keturunan atau genetika. Selain faktor
keturunan masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi kualitas seorang anak.
Pertumbuhan dan
perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu
dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”.
Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini
mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan
kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan
dan perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah
Pemantauan tumbuh
kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi, dan
sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan, dan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu pemantauan
juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu dan
oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang deteksi dini pertumbuhan anak perlu dimiliki oleh
orang tua, guru, dan masyarakat.
- Rumusan Masalah
1.
Definisi pertumbuhan
2.
Macam-macam penilaian pertumbuhan fisik
3.
Faktor kelainan pada pertumbuhan janin
4.
Mengenali kelainan pertumbuhan anak
5.
Nutrisi penting untuk pertumbuhan anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth)
berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun
individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
B. Macam-Macam Penilaian Pertumbuhan Fisik
Hal-hal
yang dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik anak adalah:
1.
Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini
dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi
balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS
Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika
terjadi penyimpangan.
2.
Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi
badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring,
sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran
setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan
tinggi badan.
3.
Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara
yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak
anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan
otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka
perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter
occipito frontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran
sebagai standar.
C. Faktor Kelainan Pada Pertumbuhan Janin
Berikut
ini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan janin:
1.
Kelainan kromosom
Gangguan terjadi
sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom sel.
2.
Lingkungan kurang sempurna
Dalam hal ini endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi. Serta kurangnya gizi ibu karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
Dalam hal ini endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi. Serta kurangnya gizi ibu karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3.
Pengaruh dari luar
Terjadi karena adanya infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Selain itu hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan basil konsepsi terganggu.
Terjadi karena adanya infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Selain itu hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan basil konsepsi terganggu.
4.
Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak dapat berfungsi, dan gangguan pembuluh darah plasenta, di antaranya pada diabetes melitus (DM). Keadaan hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak dapat berfungsi, dan gangguan pembuluh darah plasenta, di antaranya pada diabetes melitus (DM). Keadaan hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
5.
Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain yang dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadilah abortus.
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain yang dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadilah abortus.
6.
Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain dalam trimester II adalah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain dalam trimester II adalah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
D.
Mengenali
Kelainan Pertumbuhan Anak
Efektivitas
penyembuhan suatu penyakit atau rehabilitasi suatu kelainan sangat tergantung
pada kedinian dan ketepatan terapi yang dilakukan. Kedinian terapi terkait erat
dengan kemampuan mendiagnosa penyakit atau gejala kelainan secara tepat dan
dini. Kecermatan orang tua mengenali kelainan pertumbuhan anak dan mendiagnosa
penyebab kelainan sejak lahir akan mempermudah terapi dan tindak rehabilitatif
selanjutnya.
Pengenalan dini
kelainan pertumbuhan anak dilakukan dengan memperhatikan perkembangan kemampuan
anak menggerak-gerakan kaki dan tangannya, gerakan telungkup dan merangkak
serta berdiri dan berjalan pada usia 6 bulan hingga 14 bulan. Selain kewajaran
gerakan motorik tersebut, juga diperhatikan kewajaran fungsi sensorik anak
misalnya kepekaan terhadap dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan,
tatapan mata yang fokus, meniru bunyi dan kata yang didengarnya hingga
mengucapkan kata-kata yang bermakna dan bercakap-cakap.
Pada ICD-10 dengan
tegas membedakan dua masa terjadinya kelainan, yaitu kelainan terjadi sebelum
anak berusia 3 (tiga) tahun, dan kelainan yang terjadi sesudah anak berusia 3
(tiga) tahun. Pengalaman menunjukkan bahwa ada beberapa kasus yang pada dua
tahun pertama sejak kelahiran, pertumbuhan fisik, perilaku dan kecerdasan anak
kelihatan normal. Sindroma Heller misalnya, hingga tahun kedua pertumbuhan anak
tergolong normal, namun setelah itu kemampuan anak berbicara dan mengenali
sesuatu (kognitif) terus menerus menurun secara mencemaskan hingga anak tersebut
tergolong cacat permanen.
Keterlambatan
mendiagnosa dan menterapi kelainan pertumbuhan anak secara tepat dapat
menimbulkan cacat fisik, mental dan emosional (mental and emotional disorder) dan kelainan tingkat kecerdasan anak
secara timbal balik yang bersifat permanen.
Berikut
ini merupakan kelainan pertumbuhan pada anak secara fisik (physical disorder) anak dapat berupa:
1.
Phasia suatu keadaan anak
yang susah berbicara;
2.
Apraxia, suatu keadaan anak
yang tidak dapat menggerakkan badannya karena gangguan saraf motorik;
3.
Ataxia, suatu keadaan anak
yang sulit menggerakan otot-ototnya gerakan athetoid suatu
keadaan anak yang tangannya terus menerus bergerak secara tidak terkendali;
4.
Dyslexia suatu keadaan anak
yang mengalami kesulitan membaca;
5.
Dysphasia suatu keadaan anak
yang mengalami kesulitan mengucapkan kata yang sulit atau kalimat rumit;
6.
Dyskinesia suatu keadaan anak
yang mengalami kesulitan menggerakkan kaki dan tangan mental psikotik
suatu gangguan mental berat yang butuh layanan kejiwaan terpadu.
Secara khusus Dr
Andreas Rett (1966) mendeskripsikan 4 (empat) tahapan pertumbuhan kelainan
anak penyandang sindroma Rett sebagai berikut:
1.
Pengenalan dini (early onset) sejak bayi berusia 6-18 bulan,
dengan memperhatikan fokus tatapan mata, gerakan kaki dan tangan, kemampuan
telungkup, merangkak, kemampuan mengucapkan dan meniru, perhatian pada mainan
dan lingkungan, serta kemampuan berdiri sendiri dan berjalan.
2.
Tahapan kerusakan yang cepat (rapid destructive stage) karena
dalam hitungan minggu atau bulan yang terjadi pada usia 1 – 4 tahun. Pada
tahapan ini keterampilan dan kemampuan anak yang semula kelihatan normal
menjadi terus berkurang dan menghilang. Gejala ini makin nyata menjelang anak
berusia 2 (dua) tahun. Gerakan kaki dan tangan makin tidak terkendali dan makin
kaku, baru reda pada waktu tidur. Irama pernapasan makin tidak teratur.
3.
Tahap kestabilan atau ketenangan palsu (plateau or
pseudo-stationary stage) terjadi pada usia 2 – 10 tahun. Pada tahapan ini
kelainan perilaku anak kelihatan berkurang, emosinya kelihatan lebih stabil dan
terkendali. Namun perlu diwaspadai ancaman terus merosotnya kemampuan sarat
sensorik dan motoriknya sehingga gejala apraxia makin nyata.
4.
Tahapan makin sulit bergerak (late motor deterioration stage)
terjadi bertahun-tahun bahkan beberapa dekade dimana kemampuan menggerakan otot
terus berkurang karena sebagian otot-ototnya lemas tak bertenaga sedangkan
bagian otot lainnya kaku dan mengarah kepada cacad phisik yang bersifat
permanen. Ketidakmampuan mengatasi gangguan emosi anak, terutama setelah
berumur 3 (tiga) tahun dapat memperparah kelainan tersebut hingga mengidap
gangguan mental psikotik (psychotic mental disorder) dan atau kelainan
kepribadian (personality disorder), sehingga menjadi penyandang kelainan atau
cacat permanen.
Kelainan atau
cacat kepribadian dapat berupa:
1.
Kelainan kepribadian paranoid yang dikuasai oleh rasa takut
sehingga selalu curiga dan tidak percaya pada sesama;
2.
Kelainan kepribadian schizotypal yang cenderung menyendiri
dan membenam diri dalam alam pikiran dan dunia fantasinya sendiri;
3.
Kelainan kepribadian histionik yang selalu minta
diperhatikan, diutamakan dan semua keinginan harus dituruti.
Secara umum
kelainan pertumbuhan anak dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) faktor
penyebab, yaitu:
1.
Faktor kelainan perkembangan otak (brain development disorder)
atau karena kelainan perkembangan saraf (neuro-developemt disorder).
2.
Virus, jamur, rubella, herpes toksoplasma dan akibat vaksin
yang mengandung air raksa (mercuri) seperti vaksin mmr dan thimerosal.
3.
Sistem pencernaan yang kurang baik sehingga rentan terhadap
makanan tertentu.
4.
Karena kelainan kromosom dan faktor keturunan atau genetika.
Pada uraian ICD-10 dan
sindroma Rett di atas mengisyaratkan betapa pentingnya pendiagnosaan dan
penterapian dini bagi penyandang kelainan pertumbuhan anak, terutama bagi anak
berusia kurang dari 3 (tiga) tahun. Pengenalan dini kelainan fisik anak
seyogianya dilakukan oleh orang tua anak dengan mengamati kekakuan (spastic),
kemampuan mengendalikan gerakan otot (athetoid), kelemasan otot (hypotonic),
dan kombinasi antara kekakuan otot (spastic) dan kelemasan otot (hypotonic).
Selanjutnya
kekakuan otot (spastic) dapat dipilah menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
1.
Kekakuan atau kelemasan semua otot- otot kaki dan tangan atau
spastic quadriplegia. Pada umumnya kekakuan otot disandang oleh penderita virus
rubella penyandang sindroma down;
2.
Kekakuan otot kaki dan tangan pada sebelah kiri atau kanan
tubuh yang dikenal sebagai spastic hemiplegia;
3.
Kekakuan otot kaki atau spastic diplegia, dan
4.
Kombinasi ketiga jenis kekakuan di atas.
Berlanjutnya
gangguan pertumbuhan fisik seperti kekakuan atau ketidakberdayaan otot anggota
gerak (kaki dan tangan) dapat merambat pada otot-otot leher, dagu dan muka anak
sehingga menghambat gerakan leher dan kemampuan mengunyah, menelan,
bercakap-cakap, menggerakkan bola mata serta kemampuan mendengarkan suara.
Kelainan pertumbuhan fisik ini dapat dikenali orang tua lebih dini. sebagai
contoh, seorang ibu muda yang baru melahirkan putra pertama menemukan pada bagian
kiri leher terdapat sebuah benjolan kecil sebelum bayi berumur sebulan.
Pendiagnosaan dini tersebut yang mempermudah tindakan penyembuhannya.
Di samping
pencermatan pertumbuhan fisik anak juga dilakukan pencermatan perkembangan
kejiwaan dan kepribadian anak yang dilakukan dengan memperhatikan perilaku anak
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum kelainan perilaku anak
dapat dibedakan menjadi perilaku anak sangat aktif atau hiperaktif dan perilaku
sangat tenang atau hipoaktif. Gerakan kaki dan tangan anak yang hiperaktif
sangat cepat untuk mendekati dan meraih benda-benda yang ada disekitarnya,
sehingga terkesan sangat nakal. Sebaliknya gerakan kaki dan tangan anak
hipoaktif sangat lamban dan berperilaku sangat tenang sehingga terkesan sebagai
anak manis (good boy or good girl).
Kelainan fisik dan mental anak yang berlanjut akan berdampak negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak, sehingga bila tidak diatasi
dengan tuntas anak tersebut akan terbelenggu oleh kelainan fisik (physical disorder) dan ketertinggalan
mental dan intelektual (mental and
intellectual disorders), yang akan menjadi beban permanen keluarga dan
masyarakat.
Untuk mengatasi
petaka yang mengancam generasi muda tersebut perlu penyebarluasan pengetahuan
mengenai gejala umum (sindroma)
kelainan pertumbuhan anak (pervasive
development disorder) pada masyarakat umumnya, khususnya pada orang tua dan
calon orang tua guna dapat mendiagnosa secara dini kemungkinan kelainan yang
diidap oleh putra atau putri mereka. Dengan pengetahuan tersebut, orang tua
dapat mengenali secara dini kewajaran atau kelainan pertumbuhan fisik, mental
dan kecerdasan putra-putrinya menjelang usia 3 (tiga) tahun. Bila hasil
pengamatan orang tua mengindikasikan adanya kelainan, maka orang tua dapat
secara dini pula berusaha mendapatkan terapist yang tepat supaya kadar
kesembuhan atau kepulihan kesehatan anak makin besar pula. Peran orang tua
dalam pendiagnosaan dini dapat dikatakan mutlak.
E.
Nutrisi Penting untuk Pertumbuhan Anak
1.
Kalsium
Kalsium
berperan penting dalam membantu proses pertumbuhan. Terutama untuk kekuatan
tulang. Selain itu, kalsium juga membantu menstabilkan irama jantung, pembekuan
darah dan fungsi otot. Ketika anak kurang asupan kalsium, maka tubuh akan
menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh.
Kondisi
tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Anda
juga perlu menjaga ketat asupan kafein pada anak. Pasalnya, anak yang
mengonsumsi terlalu banyak kafein akan menyebabkan resorpsi kalsium dari
tulang.
Sumber
makanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan kalsium : Susu dan produk turunannya
seperti keju, paneer (keju cottage), sayuran berdaun hijau, ikan teri, ragi dan
wijen.
2.
Serat
Memperbanyak
konsumsi makanan yang berserat penting artinya bagi pasokan bahan bakar
pertumbuhan dan perkembangan. Serat mengandung senyawa tanaman yang disebut
fitonutrien, berfungsi untuk meningkatkan kekebalan anak. Serat juga membantu
pasien dengan diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia) pada
orang dewasa dan juga bermanfaat untuk anak-anak. Diet kaya serat yang
dipenuhi dari makanan dapat mengurangi risiko penyakit jantung di kemudian
hari. Serat juga membantu anak-anak merasa lebih cepat kenyang, sehingga
mengurangi kebiasaan ngemil yang tidak sehat.
Sumber
terbaik serat untuk anak-anak terdapat pada : nuah-buahan, sayuran,
kecambah, biji-bijian dan sereal.
3.
Potassium
Potassium
akan memberikan perlindungan pada jantung dan fungsi otot, memelihara
keseimbangan cairan, berpartisipasi dalam produksi energi dan mempromosikan
tulang yang kuat. Diet kaya potasium membantu mencegah tekanan darah tinggi
pada orang dewasa. Memberikan anak-anak makanan tinggi pottasium dapat membantu
mereka menjaga tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.
Sumber
terbaik : Buah-buahan segar, sayuran, biji-bijian, produk susu, daging dan
makanan laut.
4.
Vitamin D
Kekurangan
vitamin D di masa anak-anak telah dihubungkan dengan perkembangan kondisi
penyakit di kemudian hari seperti osteoporosis, kanker payudara, kanker usus,
kanker prostat, penyakit jantung, dan depresi. Vitamin D dibutuhkan dalam
penyerapan kalsium, memaksimalkan pertumbuhan dan kekuatan tulang. Anak-anak
yang sedikit mendapatkan asupan vitamin D berisiko mengalami tulang lunak -
suatu kondisi yang disebut rakhitis.
Sumber:
Sinar matahari, produk susu, sereal, jus jeruk dan yoghurt. Adapun sumber
makanan lain yang kaya vitamin D termasuk di antaranya ikan berlemak sehat
seperti salmon dan tuna.
5.
Vitamin E
Vitamin
E penting artinya dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena mereka
adalah sumber antioksidan yang kuat. Antioksidan berperan penting untuk
menangkal radikal bebas, yang dapat bersumber dari polusi udara, asap rokok dan
sinar ultraviolet (UV).
Anak-anak
dapat memeroleh asupan vitamin E alami dengan rutin mengonsumi sereal yang
telah difortifikasi Vitamin E. Menambahkan minyak biji binga matahari (sun flower)
dan safflower ke dalam salad juga dapat menjadi
pilihan. Sumber lainnya adalah gandum, kacang-kacangan dan selai kacang asli.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pertumbuhan merupakan suatu
proses yang diawali darikonsepsi (pembuahan) sampai pematangan atau dewasa.
Melalui proses tersebut anaktumbuh menjadi lebih besar dan bertambah matang
dalam segala aspek baik fisik, emosi ,intelektual, maupun
psikososial. Apabila terdapat suatu masalah dalam proses tersebut maka
yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh kembang yang sesuai
dengan usianya. Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu
bentukkecacatan yang menetap pada anak. Namun, apabila sejak dini gangguan
tumbuh kembang sudah terdeteksi, maka kita
dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan kebutuhan anak.
Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang anak pada
tahapselanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik.
Gangguan pertumbuhan
merupakan masalah yang banyak dijumpai di masyarakat,
sehingga sangatlah penting apabila semua komponen yang terlibatdalam tumbuh
kembang anak, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat dapat bekerja sama dalam
melakukan pemantauan sejak dini. Tujuan akhir dari pemantauan dini gangguan tumbuh
kembang anak ini tentunya adalah harapan kita dalam terwujudnya generasi harapan
bangsa yang lebih baik dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
- http://reynardazipua.blogspot.com/2011/05/mengenali-kelainan-pertumbuhan-anak.html diakses tanggal 17 Maret 2013
- http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/75965/Faktor-faktor-yang-menyebabkan-kelainan-dalam-pertumbuhan-janin diakses tanggal 17 Maret 2013
- http://health.kompas.com/read/2011/10/20/14205452/5.nutrisi.penting.untuk.pertumbuhan.anak diakses tanggal 19 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar