Rabu, 02 Agustus 2017

Makalah Pertumbuhan dengan Kelainan



PERTUMBUHAN DENGAN KELAINAN

Merupakan Tugas Mata Kuliah Tumbuh Kembang Anak
Dosen Pengampu : Sri Sumini, S.KM.











Disusun Oleh:
1.    Endang Zaeni A  (SK.210.017)
2.    Mei Widanarti               (SK.210.027)
3.    Nur Hidayati                          (SK.210.034)
4.    Tanti Setiani                            (SK.210.041)



PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2013
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Memiliki anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia merupakan dambaan setiap orang tua. Dalam mencapai hal tersebut terdapat berbagai kriteria yang harus terpenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya adalah faktor keturunan atau genetika. Selain faktor keturunan masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi kualitas seorang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi, dan sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, dan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan tentang deteksi dini pertumbuhan anak perlu dimiliki oleh orang tua, guru, dan masyarakat.

  1. Rumusan Masalah
1.      Definisi pertumbuhan
2.      Macam-macam penilaian pertumbuhan fisik
3.      Faktor kelainan pada pertumbuhan janin
4.      Mengenali kelainan pertumbuhan anak
5.      Nutrisi penting untuk pertumbuhan anak





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

B.     Macam-Macam Penilaian Pertumbuhan Fisik
Hal-hal yang dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik anak adalah:
1.      Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
2.      Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
3.      Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipito frontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.

C.    Faktor Kelainan Pada Pertumbuhan Janin
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan janin:
1.      Kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom sel.
2.      Lingkungan kurang sempurna
Dalam hal ini endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi. Serta kurangnya gizi ibu karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3.      Pengaruh dari luar
Terjadi karena adanya infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Selain itu hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan basil konsepsi terganggu.
4.      Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak dapat berfungsi
, dan gangguan pembuluh darah plasenta, di antaranya pada diabetes melitus (DM). Keadaan hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
5.      Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain yang dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadilah abortus.
6.      Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain dalam trimester II adalah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

D.    Mengenali Kelainan Pertumbuhan Anak
Efektivitas penyembuhan suatu penyakit atau rehabilitasi suatu kelainan sangat tergantung pada kedinian dan ketepatan terapi yang dilakukan. Kedinian terapi terkait erat dengan kemampuan mendiagnosa penyakit atau gejala kelainan secara tepat dan dini. Kecermatan orang tua mengenali kelainan pertumbuhan anak dan mendiagnosa penyebab kelainan sejak lahir akan mempermudah terapi dan tindak rehabilitatif selanjutnya.
Pengenalan dini kelainan pertumbuhan anak dilakukan dengan memperhatikan perkembangan kemampuan anak menggerak-gerakan kaki dan tangannya, gerakan telungkup dan merangkak serta berdiri dan berjalan pada usia 6 bulan hingga 14 bulan. Selain kewajaran gerakan motorik tersebut, juga diperhatikan kewajaran fungsi sensorik anak misalnya kepekaan terhadap dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan, tatapan mata yang fokus, meniru bunyi dan kata yang didengarnya hingga mengucapkan kata-kata yang bermakna dan bercakap-cakap.
Pada ICD-10 dengan tegas membedakan dua masa terjadinya kelainan, yaitu kelainan terjadi sebelum anak berusia 3 (tiga) tahun, dan kelainan yang terjadi sesudah anak berusia 3 (tiga) tahun. Pengalaman menunjukkan bahwa ada beberapa kasus yang pada dua tahun pertama sejak kelahiran, pertumbuhan fisik, perilaku dan kecerdasan anak kelihatan normal. Sindroma Heller misalnya, hingga tahun kedua pertumbuhan anak tergolong normal, namun setelah itu kemampuan anak berbicara dan mengenali sesuatu (kognitif) terus menerus menurun secara mencemaskan hingga anak tersebut tergolong cacat permanen.
Keterlambatan mendiagnosa dan menterapi kelainan pertumbuhan anak secara tepat dapat menimbulkan cacat fisik, mental dan emosional (mental and emotional disorder) dan kelainan tingkat kecerdasan anak secara timbal balik yang bersifat permanen.
Berikut ini merupakan kelainan pertumbuhan pada anak secara fisik (physical disorder) anak dapat berupa:
1.      Phasia suatu keadaan anak yang susah berbicara;
2.      Apraxia, suatu keadaan anak yang tidak dapat menggerakkan badannya karena gangguan saraf motorik;
3.      Ataxia, suatu keadaan anak yang sulit menggerakan otot-ototnya gerakan athetoid suatu keadaan anak yang tangannya terus menerus bergerak secara tidak terkendali;
4.      Dyslexia suatu keadaan anak yang mengalami kesulitan membaca;
5.      Dysphasia suatu keadaan anak yang mengalami kesulitan mengucapkan kata yang sulit atau kalimat rumit;
6.      Dyskinesia suatu keadaan anak yang mengalami kesulitan menggerakkan kaki dan tangan mental psikotik suatu gangguan mental berat yang butuh layanan kejiwaan terpadu.
Secara khusus Dr Andreas Rett (1966) mendeskripsikan 4 (empat) tahapan pertumbuhan kelainan anak penyandang sindroma Rett sebagai berikut:
1.      Pengenalan dini (early onset) sejak bayi berusia 6-18 bulan, dengan memperhatikan fokus tatapan mata, gerakan kaki dan tangan, kemampuan telungkup, merangkak, kemampuan mengucapkan dan meniru, perhatian pada mainan dan lingkungan, serta kemampuan berdiri sendiri dan berjalan.
2.      Tahapan kerusakan yang cepat (rapid destructive stage) karena dalam hitungan minggu atau bulan yang terjadi pada usia 1 – 4 tahun. Pada tahapan ini keterampilan dan kemampuan anak yang semula kelihatan normal menjadi terus berkurang dan menghilang. Gejala ini makin nyata menjelang anak berusia 2 (dua) tahun. Gerakan kaki dan tangan makin tidak terkendali dan makin kaku, baru reda pada waktu tidur. Irama pernapasan makin tidak teratur.
3.      Tahap kestabilan atau ketenangan palsu (plateau or pseudo-stationary stage) terjadi pada usia 2 – 10 tahun. Pada tahapan ini kelainan perilaku anak kelihatan berkurang, emosinya kelihatan lebih stabil dan terkendali. Namun perlu diwaspadai ancaman terus merosotnya kemampuan sarat sensorik dan motoriknya sehingga gejala apraxia makin nyata.
4.      Tahapan makin sulit bergerak (late motor deterioration stage) terjadi bertahun-tahun bahkan beberapa dekade dimana kemampuan menggerakan otot terus berkurang karena sebagian otot-ototnya lemas tak bertenaga sedangkan bagian otot lainnya kaku dan mengarah kepada cacad phisik yang bersifat permanen. Ketidakmampuan mengatasi gangguan emosi anak, terutama setelah berumur 3 (tiga) tahun dapat memperparah kelainan tersebut hingga mengidap gangguan mental psikotik (psychotic mental disorder) dan atau kelainan kepribadian (personality disorder), sehingga menjadi penyandang kelainan atau cacat permanen.
Kelainan atau cacat kepribadian dapat berupa:
1.      Kelainan kepribadian paranoid yang dikuasai oleh rasa takut sehingga selalu curiga dan tidak percaya pada sesama;
2.      Kelainan kepribadian schizotypal yang cenderung menyendiri dan membenam diri dalam alam pikiran dan dunia fantasinya sendiri;
3.      Kelainan kepribadian histionik yang selalu minta diperhatikan, diutamakan dan semua keinginan harus dituruti.
Secara umum kelainan pertumbuhan anak dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) faktor penyebab, yaitu:
1.      Faktor kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena kelainan perkembangan saraf (neuro-developemt disorder).
2.      Virus, jamur, rubella, herpes toksoplasma dan akibat vaksin yang mengandung air raksa (mercuri) seperti vaksin mmr dan thimerosal.
3.      Sistem pencernaan yang kurang baik sehingga rentan terhadap makanan tertentu.
4.      Karena kelainan kromosom dan faktor keturunan atau genetika.
Pada uraian ICD-10 dan sindroma Rett di atas mengisyaratkan betapa pentingnya pendiagnosaan dan penterapian dini bagi penyandang kelainan pertumbuhan anak, terutama bagi anak berusia kurang dari 3 (tiga) tahun. Pengenalan dini kelainan fisik anak seyogianya dilakukan oleh orang tua anak dengan mengamati kekakuan (spastic), kemampuan mengendalikan gerakan otot (athetoid), kelemasan otot (hypotonic), dan kombinasi antara kekakuan otot (spastic) dan kelemasan otot (hypotonic).
Selanjutnya kekakuan otot (spastic) dapat dipilah menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
1.      Kekakuan atau kelemasan semua otot- otot kaki dan tangan atau spastic quadriplegia. Pada umumnya kekakuan otot disandang oleh penderita virus rubella penyandang sindroma down;
2.      Kekakuan otot kaki dan tangan pada sebelah kiri atau kanan tubuh yang dikenal sebagai spastic hemiplegia;
3.      Kekakuan otot kaki atau spastic diplegia, dan
4.      Kombinasi ketiga jenis kekakuan di atas.
Berlanjutnya gangguan pertumbuhan fisik seperti kekakuan atau ketidakberdayaan otot anggota gerak (kaki dan tangan) dapat merambat pada otot-otot leher, dagu dan muka anak sehingga menghambat gerakan leher dan kemampuan mengunyah, menelan, bercakap-cakap, menggerakkan bola mata serta kemampuan mendengarkan suara. Kelainan pertumbuhan fisik ini dapat dikenali orang tua lebih dini. sebagai contoh, seorang ibu muda yang baru melahirkan putra pertama menemukan pada bagian kiri leher terdapat sebuah benjolan kecil sebelum bayi berumur sebulan. Pendiagnosaan dini tersebut yang mempermudah tindakan penyembuhannya.
Di samping pencermatan pertumbuhan fisik anak juga dilakukan pencermatan perkembangan kejiwaan dan kepribadian anak yang dilakukan dengan memperhatikan perilaku anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum kelainan perilaku anak dapat dibedakan menjadi perilaku anak sangat aktif atau hiperaktif dan perilaku sangat tenang atau hipoaktif. Gerakan kaki dan tangan anak yang hiperaktif sangat cepat untuk mendekati dan meraih benda-benda yang ada disekitarnya, sehingga terkesan sangat nakal. Sebaliknya gerakan kaki dan tangan anak hipoaktif sangat lamban dan berperilaku sangat tenang sehingga terkesan sebagai anak manis (good boy or good girl). Kelainan fisik dan mental anak yang berlanjut akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak, sehingga bila tidak diatasi dengan tuntas anak tersebut akan terbelenggu oleh kelainan fisik (physical disorder) dan ketertinggalan mental dan intelektual (mental and intellectual disorders), yang akan menjadi beban permanen keluarga dan masyarakat.
Untuk mengatasi petaka yang mengancam generasi muda tersebut perlu penyebarluasan pengetahuan mengenai gejala umum (sindroma) kelainan pertumbuhan anak (pervasive development disorder) pada masyarakat umumnya, khususnya pada orang tua dan calon orang tua guna dapat mendiagnosa secara dini kemungkinan kelainan yang diidap oleh putra atau putri mereka. Dengan pengetahuan tersebut, orang tua dapat mengenali secara dini kewajaran atau kelainan pertumbuhan fisik, mental dan kecerdasan putra-putrinya menjelang usia 3 (tiga) tahun. Bila hasil pengamatan orang tua mengindikasikan adanya kelainan, maka orang tua dapat secara dini pula berusaha mendapatkan terapist yang tepat supaya kadar kesembuhan atau kepulihan kesehatan anak makin besar pula. Peran orang tua dalam pendiagnosaan dini dapat dikatakan mutlak.

E.            Nutrisi Penting untuk Pertumbuhan Anak
1.      Kalsium
Kalsium berperan penting dalam membantu proses pertumbuhan. Terutama untuk kekuatan tulang. Selain itu, kalsium juga membantu menstabilkan irama jantung, pembekuan darah dan fungsi otot. Ketika anak kurang asupan kalsium, maka tubuh akan menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh.
Kondisi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Anda juga perlu menjaga ketat asupan kafein pada anak. Pasalnya, anak yang mengonsumsi terlalu banyak kafein akan menyebabkan resorpsi kalsium dari tulang.
Sumber makanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan kalsium : Susu dan produk turunannya seperti keju, paneer (keju cottage), sayuran berdaun hijau, ikan teri, ragi dan wijen.
2.      Serat
Memperbanyak konsumsi makanan yang berserat penting artinya bagi pasokan bahan bakar pertumbuhan dan perkembangan. Serat mengandung senyawa tanaman yang disebut fitonutrien, berfungsi untuk meningkatkan kekebalan anak. Serat juga membantu pasien dengan diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia) pada orang dewasa dan  juga bermanfaat untuk anak-anak. Diet kaya serat yang dipenuhi dari makanan dapat mengurangi risiko penyakit jantung di kemudian hari. Serat juga membantu anak-anak merasa lebih cepat kenyang, sehingga mengurangi kebiasaan ngemil yang tidak sehat.
Sumber terbaik serat untuk anak-anak terdapat pada :  nuah-buahan, sayuran, kecambah, biji-bijian dan sereal.
3.      Potassium
Potassium akan memberikan perlindungan pada jantung dan fungsi otot, memelihara keseimbangan cairan, berpartisipasi dalam produksi energi dan mempromosikan tulang yang kuat. Diet kaya potasium membantu mencegah tekanan darah tinggi pada orang dewasa. Memberikan anak-anak makanan tinggi pottasium dapat membantu mereka menjaga tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.
Sumber terbaik : Buah-buahan segar, sayuran, biji-bijian, produk susu, daging dan makanan laut.
4.      Vitamin D
Kekurangan vitamin D di masa anak-anak telah dihubungkan dengan perkembangan kondisi penyakit di kemudian hari seperti osteoporosis, kanker payudara, kanker usus, kanker prostat, penyakit jantung, dan depresi. Vitamin D dibutuhkan dalam penyerapan kalsium, memaksimalkan pertumbuhan dan kekuatan tulang. Anak-anak yang sedikit mendapatkan asupan vitamin D berisiko mengalami tulang lunak - suatu kondisi yang disebut rakhitis.
Sumber: Sinar matahari, produk susu, sereal, jus jeruk dan yoghurt. Adapun sumber makanan lain yang kaya vitamin D termasuk di antaranya ikan berlemak sehat seperti salmon dan tuna.
5.      Vitamin E
Vitamin E penting artinya dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena mereka adalah sumber antioksidan yang kuat. Antioksidan berperan penting untuk menangkal radikal bebas, yang dapat bersumber dari polusi udara, asap rokok dan sinar ultraviolet (UV).
Anak-anak dapat memeroleh asupan vitamin E alami dengan rutin mengonsumi sereal yang telah difortifikasi Vitamin E.  Menambahkan minyak biji binga matahari (sun flower) dan safflower ke dalam salad juga dapat menjadi pilihan. Sumber lainnya adalah gandum, kacang-kacangan dan selai kacang asli.


                       




















BAB III
PENUTUP


  1. Kesimpulan
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang diawali darikonsepsi (pembuahan) sampai pematangan atau dewasa. Melalui proses tersebut anaktumbuh menjadi lebih besar dan bertambah matang dalam segala aspek baik fisik, emosi ,intelektual, maupun psikososial. Apabila terdapat suatu masalah dalam proses tersebut maka yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya. Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu bentukkecacatan yang menetap pada anak. Namun, apabila sejak dini gangguan tumbuh kembang sudah terdeteksi, maka kita dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan kebutuhan anak. Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang anak pada tahapselanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik.
Gangguan pertumbuhan merupakan masalah yang banyak dijumpai di masyarakat, sehingga sangatlah penting apabila semua komponen yang terlibatdalam tumbuh kembang anak, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat dapat bekerja sama dalam melakukan pemantauan sejak dini. Tujuan akhir dari pemantauan dini gangguan tumbuh kembang anak ini tentunya adalah harapan kita dalam terwujudnya generasi harapan bangsa yang lebih baik dan berkualitas.













DAFTAR PUSTAKA
  1. http://reynardazipua.blogspot.com/2011/05/mengenali-kelainan-pertumbuhan-anak.html diakses tanggal 17 Maret 2013
  2. http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/75965/Faktor-faktor-yang-menyebabkan-kelainan-dalam-pertumbuhan-janin diakses tanggal 17 Maret 2013
  3. http://health.kompas.com/read/2011/10/20/14205452/5.nutrisi.penting.untuk.pertumbuhan.anak diakses tanggal 19 Maret 2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar