EKOLOGI
DARAT
Merupakan
tugas mata kuliah Ekologi Kesehatan
Dosen
pengampu : Rokhani, S.KM

Disusun
oleh:
1.
Adib Heri S. (SK.210.002)
2.
Ambar Sulistiyaningrum (SK.210.006)
3.
Bahar Suhartaji (SK.210.011)
4.
Endang Zaeni Ariyanti (SK.210.017)
5.
Khaerun Nisa (SK.210.022)
6.
Maliatul Mahmudah (SK.210.026)
7.
Muhammad Khoirunnas (SK.210.030)
8.
Nur Hidayati (SK.210.034)
9.
Rifqi Zulfikar A. (SK.210.038)
10.
Tiara Riska Maulina (SK.210.042)
11.
Wisnu Wardana (SK.210.046)
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Adapun penyusunan makalah ini dimaksudkan guna menambah khazanah
wawasan dan memenuhi tugas mata kuliah ekologi kesehatan Jurusan Progam Studi
Kesehatan Masyarakat (PSKM) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
Pembuatan tugas
ini pun tak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang sekiranya kurang memuaskan berbagai pihak, sehingga
kami pun siap untuk dapat menerima kritikan, masukan, usul, pendapat dan
sarannya yang mungkin dapat membantu dan demi kesempurnaanya makalah ini, maka
kami berharap dengan sungguh-sungguh akan perhatian dan minat saudara.
Akhirnya, semoga rangkuman yang kami buat ini menjadikan
manfaat lebih bagi kita semua.AMIEN.
Kendal, Juni 2011
Penyusun :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi darat atau biasa disebut ekosistem
darat merupakan habitat mahluk hidup terbanyak dibandingkan dengan ekologi air.
Dari hal tersebut kita perlu mengetahui apa saja yang terdapat pada ekosistem
darat dan hal-hal apa saja yang terjadi di daerah tersebut. Serta menganalisis
dampak polusi dan pembangunan pada ekologi daratan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja jenis-jenis bioma, ciri-ciri bioma, dan mahluk
hidup yang berdiam di masing-masing bioma serta cara mahluk hidup beradaptasi?
1.2.2 Apa saja siklus yang terjadi di daratan maupun air?
1.2.3 Apa dampak dari adanya polusi dan pembangunan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Khusus
־ Mengetahui jenis-jenis bioma
־ Mengetahui ciri-ciri bioma
־ Mengetahui mahluk hidup yang tinggal dalam suatu bioma
־ Mengetahui cara beradaptasi mahluk hidup yang tinggal
dalam suatu bioma
־ Mengetahui siklus alam yang terjadi di darat maupun air
־ Mengetahui dampak polusi terhadap ekosistem darat
־ Mengetahui dampak pembangunan terhadap ekosistem darat
1.3.2 Umum
־ Dapat mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada
ekosistem darat
־ Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang ekosistem
dengan menjaga kelestarian ekosistem yang ada
־ Dapat merencanakan pembangunan yang tidak merusak
ekosistem darat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ekologi Darat
Ekologi darat mempelajari tentang ekosistem darat.
Ekosistem darat mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan ekosistem
laut, karena kemungkinan organisme untuk hidup dan berkembangbiak pada
ekosistem darat lebih lebar. Sebab, distribusi oksigen dan sinar matahari lebih
banyak.[1]
Pada Ekosistem darat terdapat beberapa jenis dari bentuk
tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, yaitu : pohon, liana, epifit, shrubs, herba,
dan tumbuhan taliod.[1]
Jenis adaptasi hewan vertebrata darat, yaitu:
a. Herbivora
Terdapat tiga jenis, yaitu : Ground-dwelling, Arboreal
seperti Macaca fascicularis, dan Aerial seperti Burung dan hewan-hewan
terbang lainnya. Pada Ground-dwelling terbagi lagi menjadi empat, yaitu :
Cursorial (berlari) seperti rhea dan emu, Saltatory (melompat) seperti
kangguru, Graviportal (berat badan) seperti penyu dan gajah, dan Forsial
seperti kodok dan katak.[1]
b. Karnivora
Pada karnivora terbagi menjadi empat juga. Ketiganya sama
dengan Herbivora, tetapi karnivora tidak Arboreal dan diganti Amphibious.
Contoh pada Ground –dwelling adalah seperti cecak, kucing, beruang ular dan
lain sebagainya. Contoh pada Aerial adalah beberapa burung, kelelawar, elang
dan lain sebagainya. Contoh pada Fossorial seperi beberapa jenis ular, dan
contoh pada Amphibious seperti Alligator sp dan katak.[1]
Berdasarkan letak geografisnya (garis
lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu:
- Bioma stepa/ padang rumput
- Bioma sabana
- Bioma gurun
- Bioma hutan hujan tropis/ hutan basah
- Bioma hutan gugur
- Bioma tundra
- Bioma taiga
- Bioma karst/ batu gamping
- Bioma hutan mangrove/ bakau[1]
2.2 Jenis-jenis Ekosistem Darat
2.2.1 Bioma Stepa ( Padang Rumput )
Bioma Stepa ( Padang Rumput ) terbentang dari daerah
tropika sampai ke daerah subtropika yang curah hujannya tidak cukup untuk
perkembangan hutan. Bioma Stepa berbeda dengan Bioma Sabana.[2]
Perbedaan yang cukup antara Stepa dengan Sabana adalah pada bioma sabana merupakan padang
rumput yang diselingi oleh kumpulan pepohonan besar, sedangkan pada bioma Stepa
merupakan padang rumput yang tidak di selingi oleh kumpulan-kumpulan pepohonan,
kalaupun ada hanya sedikit saja pepohonan yang ada.[2]
Ciri -ciri bioma Stepa:
·
Curah hujan tidak teratur,
antara 250 – 500 mm/tahun
·
Tanah pada umumnya tidak
mampu menyimpan air yang disebabkan oleh rendahnya tingkat porositas tanah dan sistem
penyaluran yang kurang baik sehingga menyebabkan rumput-rumput tumbuh dengan
subur.
·
Beberapa
jenis rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m
·
Memiliki pohon yang khas,
yaitu akasia
·
Wilayah persebaran bioma
Stepa meliputi Afrika, Amerika Selatan, Amerika Serikat bagian barat, Argentina
dan Australia.[2]
Beberapa
flora yang hidup di daerah bioma Stepa contohnya adalah: Pohon Akasia dan Semak
Belukar.[2]
Karena merupakan daerah padang rumput maka bioma ini
bayak dihuni oleh beberapa herbifora dan karnifora, contohnya antara lain :

Rusa Antelop
Kerbau

Kanguru Harimau Singa
Ular
Komponen Pendukung Ekosistem Padang
Rumput
Pada ekosistem ini, kita
akan menemukan beberapa jenis organisme yang mendukung terbentuknya ekosistem
padang rumput, yaitu:
- Organisme autotrof
Organisme ini adalah jenis
organisme yang bisa membuat atau menyintesa makanan sendiri mengandalkan cahaya
matahari,
air dan komponen udara sekitar. Organisme autotrof pada ekosistem ini
adalah tanaman atau rumput. Rerumputan ini pun hidup beradaptasi dengan
kelembaban lingkungan yang memiliki curah hujan tidak teratur.[3]
- Organisme heterotrof
Organisme kedua ini adalah
jenis organisme yang tidak bisa membuat makanan
sendiri. Organisme jenis ini adalah para hewan pemakan rumput, seperti
zebra, rusa, kanguru atau bison. Hidup hewan ini bergantung pada rumput-rumput
yang hidup di sekitar mereka.[3]
Organisme heterotrof yang
lain adalah hewan pemangsa yang menjadi konsumen kedua setelah hewan pemakan
rumput, seperti singa, anjing liar ataupun
ular. Hewan pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini menggantungkan
hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi target mangsa mereka.[3]
- Abiotik
Selain makhluk hidup, di
ekosistem padang rumput ini juga terdapat komponen tak hidup atau yang biasa
disebut sebagai abiotik. Komponen ini meliputi bebatuan, tanah, air, udara, ataupun sinar matahari.
Komponen-komponen ini ikut mendukung keseimbangan dari ekositem padang rumput.[3]
- Pengurai
Komponen terakhir adalah
dekomposer atau pengurai. Sebenarnya pengurai termasuk dalam organisme
heterotrof, yaitu organisme yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Tugas
dari organisme yang satu ini adalah menguraikan bahan organik dari benda hidup
yang sudah mati (misal: hewan mati, daun, batang pohon, dll).[3]
Contoh dari pengurai pada
ekosistem padang rumput ini adalah jamur dan bakteri. Mereka akan menyerap
sebagian hasil penguraian dan membuang beberapa bahan sederhana untuk digunakan
kembali oleh produsen (tanaman/rumput).[3]
Ekosistem padang rumput
adalah bagian dari kehidupan, sudah selayaknya kita sebagai manusia ikut
menjaga keseimbangan ekosistem ini. Misalnya, tidak sembarangan memburu hewan,
baik pemakan rumput maupun hewan pemangsa seperti singa.[3]
Hal ini hanya akan
menimbulkan putusnya rantai makanan, dan akan berakibat kacaunya ekosistem yang
pasti merugikan manusia secara perlahan.[3]
2.2.2 Bioma Sabana
Bioma Sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh
gerombolan pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas
satu jenis tumbuhan saja.
b. Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari campuran
berjenis-jenis pohon.[1]
2.2.3 Bioma Padang Pasir / Gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah
tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Bioma
gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara,
Australia dan Asia Barat.[4]
Ciri-ciri bioma padang pasir yaitu :
·
Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun.
·
Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.
·
Kelembaban udara sangat rendah.
·
Perbedaan suhu siang hari dengan malam harisangat tinggi(siangdapat
mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C).
·
Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.[4]
Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh adalah tumbuhan yang
teradaptasi dengan keadaan kering, misalnya tubuhnya ditutupi oleh kutikula
yang tebal dan akar yang panjang. Juga tumbuhan sukulen atau kaktus, yang
menyimpan banyak air pada batangnya dan daunnya menyempit menjadi duri.[5]
Hewan besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu
menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil seperti
tikus,ular, kadal, kalajengking, dan semut. umumnya hanya aktif hidup pada pagi
hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-lubang.[5]
Fauna Adaptasi
·
Aktifitas malam hari , siang
membuat lubang
·
Mempunyai cadangan penyimpan
air
·
Hewan yang hidup unta,
tikus,ular, kadal, kalajengking, dan semut. Beberapa tikus/mencit gurun tidak
pernah minum, tetapi mendapatkan semua kebutuhan airnya dari perombakan
metabolic biji-bijian yang dimakannya.[4]
Flora ( Xerophyt ) Adaptasi
·
Daun ditutupi oleh
kutikula yang tebal
·
Akar yang panjang.
·
Sukulen atau kaktus, yang
menyimpan banyak air pada batangnya dan
·
Daunnya menyempit menjadi
duri
·
Kaktus yamh nerkemampuan
menyerap air selama periode basah. dan mengandalkan fotosintesis CAM, suatu
adaptasi metabolic untuk menghemat air dalam lingkungan kering juga terdapat
Adaptasi protektif yang menghalangi pemakanan oleh mamalia dan serangga,
seperti duri pada kaktus dan racun pada daun semak.[4]
2.2.4 Bioma Hutan Hujan Tropis / Hutan Basah
Hutan basah terdapat di daerah tropika meliputi
semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia
Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis
tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang
cukup.[6]
Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :
v Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
v Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
v Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau
sepanjang tahun
v Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari
tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
v Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan
tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung).[6]
Jenis
tumbuhan yang hidup di daerah hutan basah yaitu tumbuhan pencekik pohon, pohon
jelutung, pohon ramin, pohon rengas, pohon manau.[6]


Hewan
yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan pemanjat sejenis
primata, seperti : gorilla, monyet, simpanse, orang utan, gibon, siamang.[6]


2.2.5 Bioma
Hutan Gugur
Bioma Hutan Gugur (Deciduous Forest)adalah hutan dengan
ciri tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat
dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili.[7]
Ciri-ciri
bioma hutan gugur adalah sebagai berikut :
·
Curah
hujan merata antara 750mm – 1.000 mm pertahun
·
Pohon-pohon
memiliki ciri berdaun lebar, hijau pada musim dingin, rontok pada musim panas
dan memiliki tajuk yang rapat.
·
Memiliki
musim panas yang hangat dan musim dingin yang tidak terlalu dingin.
·
Jarak
antara pohon satu dengan pohon yang lainnya tidak terlalu rapat/renggang
·
Jumlah/jenis
tumbuhan yang ada relatif sedikit
·
Memiliki
4 musim, yaitu musim panas-gugur-dingin-semi.
·
Keanekaragaman
jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis.[8]
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi
matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah
hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan
baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak begitu
lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah serangga, burung,
bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang.[8]
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari
mulai berkurang, suhu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga
daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim
gugur.[8]
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan
kegiatan fotosintesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada
musim dingin). Menjelang
musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi)
sehingga disebut musim semi.[8]

Basswood Oak pada waktu lebat Oak pada waktu rontok
Pohon-pohon utama yang terdapat di bioma hutan gugur
rata-rata berukuran besar dan pendek. Sebagai perbandingan dapat dilihat pada
pohon basswood Amerika di bawah ini.[8]

Basswood
Amerika
·
Fauna yan terdapat di
wilayah bioma hutan gugur misalnya Panda (hewan endemik wilayah China),
serangga, burung, bajing, anjing, rusa, racoon (sejenis musang/luwak).
·
Panda (hewan endemik china)
- anjing - racoon
·
Pada setiap pergantian musim
terdapat beberapa perubahan di bioma hutan gugur:
·
Saat musim panas pohon-pohon
yang tinggi tumbuh dengan daun lebat dan membentuk tudung, tetapi cahaya
matahari masih dapat menembus tudung tersebut hingga ke tanah karena daunnya
tipis
·
Saat
musim gugur menjelang musim dingin, pancaran energi matahari berkurang, suhu
rendah dan air cukup dingin. Oleh karena itu daun-daun menjadi merah dan coklat,
kemudian gugur karena tumbuhan sulit mendapatkan air. Daun dan buah-buahan yang
gugur kelak kemudian menjadi tumpukan senyawa organik.
·
Saat
musim dingin menjadi salju, tumbuhan menjadi gundul, beberapa jenis hewan
mengalami/dalam keadaan hibernasi (tidur panjang pada waktu musim
dingin).
·
Saat
musim semi menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai
berdaun kembali, tumbuhan semak mulai tumbuh di permukaan tanah, hewan-hewan
yang hibernasi mulai aktif kembali.[8]
2.2.6 Bioma
Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara
sehingga iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa
pohon, vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya
adalah rumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.[9]
Ciri-ciri:
- Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.
- Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
- Fauna khas bioma tundra adalah "Muskoxem" (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa kutub).[9]
2.2.7 Bioma Taiga/ Hutan Berawa/ Hutan Boreal
Taiga, terletak di
selatan tundra, yaitu di antara daerah beriklim sedang dengan kutub. Hutan
boreal berada di kawasan kutub, di antaranya Alaska, Kanada, Rusia, Swedia,
Norwegia, dan Finlandia. Kutub adalah lingkungan yang keras. Salju dan hawa
dingin menyelimuti kawasan itu hampir sepanjang musim. Pada musim dingin
mencapai minus 50 derajat celcius.Karena sinar matahari langka, tumbuhan sulit melakukan fotosintesis.
Makanya pohonnya kecil dan kerdil.[1]
Tumbuhan dominannya adalah
konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pinus).[1]
Hewan yang hidup di sini adalah
ajax, beruang hitam, dan serigala.Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah
antara subtropika dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia,
Siberia, Alaska, Kanada.[1]
Ciri-ciri bioma taiga :
- Di dominasi oleh vegetasi pohon cemara yang merupakan tumbuhan berdaun jarum.
- Perbedaan suhu di musim dingin dan panas sangat mencolok di musim dingin dapat mencapai di bawah 00F dan di musim panas dapat mencapai 900F atau lebih. / musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
- Musim panas yang panjang dan curah hujan yang rendah
- Terdapat di daerah belahan bumi utara yang dekat dengan kutub utara.
- Terdapat juga vegetasi bamboo-bambu, paku-pakuan, dan lumut.
- Serangga pada waktu tertentu mendominasi hewan di sana, seperti jenis kumbang, lebah, capung, semut, dan laba-laba. Di sini juga ada binatang sejenis rusa yang dinamakan Mose, serigala, rubah, anjing hutan, dan beruang.
- Juga terdapat berbagai jenis burung seperti Bebek, angsa, dan jenis burung pemakan ikan. Juga terdapat burung pemangsa seperti burung elang, rajawali, dan burung hantu.
- Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
- Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen. Terdapat kira-kira 5 juta km2 hutan boreal di muka bumi. Pohon di hutan konifer mengalami musim pertumbuhan yang singkat akibat pengaruh musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang. Hutan boreal dihuni oleh serigala abu-abu, rusa kutub, pohon-pohon konifer, dan kumbang tanah yang sering terlihat diantara daun konifer yang gugur.Pohon konifer termasuk jenis Gymnospermae. Pohon konifer mempunyai bunga yang disebut rujung (konus), di dalam rujung betina terdapat biji buah. Konifer tumbuh di daerah yang dingin di seluruh dunia. Konifer yang sering dijadikan pohon natal adalah Spruce Norwegia.
- Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.[1]
2.2.8 Bioma Karst / Batu Gamping / Gua
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah
Yugoslavia.[9] Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
- tanahnya kurang subur untuk pertanian
- sensitif terhadap erosi
- mudah longsor
- bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah
- gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro[9]
Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan
keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.[9]
2.2.9 Hutan Bakau / Mangrove
Hutan bakau/mangrove banyak ditemukan di sepanjang pantai
yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan adalah pohon
bakau (Rhizophora sp), sehingga nama lainnya adalah hutan bakau, selain
pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api (Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).[10]
Ciri-ciri:
- Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
- Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
- Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut lingkungannya becek dan berlumpur.[10]
Dengan kondisi kadar garam tinggi, menyebabkan tumbuhan
bakau sukar menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini
dikenal dengan nama kekeringan fisiologis. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan
tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula
sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.[10]
Untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 rendah, tumbuhan
bakau memiliki akar nafas yang berfungsi menyerap O2 langsung dari udara. Agar
individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan
pasang surut terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan
nama VIVIPARI yang artinya adalah berkecambahnya biji selagi biji masih
terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya, dapat membentuk akar
yang kadang-kadang dapat mencapai 1 meter panjangnya.[10]
Jika biji yang sudah
berkecambah tadi lepas dari pohon induknya maka dengan akar yang panjang
tersebut dapat menancap cukup dalam di dalam lumpur, sehingga tidak akan
terganggu dengan arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut.[10]
Hutan bakau di Indonesia
terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai barat dan selatan Kalimantan
dan sepanjang pantai Irian, di Pulau Jawa hutan bakau yang agak luas masih
tersisa di sekitar Segara Anakan dekat Cilacap yang merupakan muara sungai
Citanduy.[10]
Jenis-jenis hewan yang dapat
ditemukan dalam lingkungan hutan bakau terutama adalah ikan dan hewan-hewan
melata (buaya, biawak) dan burung-burung yang bersarang di atas pohon-pohon
bakau.[10]
2.3 Ekologi Buatan/ Ekosistem
Buatan
Ekosistem
buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan
peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[9]
Contohnya:
§ Sawah
§ bendungan
§ hutan tanaman produksi seperti
jati dan pinus
§ agroekosistem berupa sawah
tadah hujan
§ sawah irigasi
§ perkebunan sawit
§ ekosistem pemukiman seperti
kota dan desa
§ ekosistem ruang angkasa[9]
2.4 Faktor Pembatas Ekologi
Darat
a. Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang
sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem.Struktur dan fungsi
dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai di
sistem ekologitersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi
faktor pembaas, menghancurkan sistem jaringan tertentu.[11]
Ada
tiga aspek penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat
kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
a.
Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
b.
Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
c.
Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar
setiap hari.[11]
Variasi dari ketiga parameter tadi akan
menentukan berbagai proses fisiologi dan morfologi dari tumbuhan. Memangpada
dasarnya pengaruh dari penyinaran sering berkaitan erat dengan faktor-faktor
lainnya seperti suhu dan suplai air,tetapi pengaruh yang khusus sering
merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya.[11]
b. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat
berperan baik secara langsung maupun tidka langsung trehadaporganisme hidup.
Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengna mengontrol
laju proses-proseskimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung
dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnyaterutama suplai air. Suhu akan
mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi
juga laju
kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara
mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnyaenergi chaya mungkin
diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsopsi oleh suatu substansi.[11]
Suhu juga sering
berperan bersamaan dengna cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi dari organisme.Relatif
mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan
suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum atau
keadaan harga rata-ratanya yang penting.[11]
c.
Air
Air merupakan faktor lingkungan yang penting,
semua organisme hidup memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di
sistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses
sirkulasinya. Pengeringan
bumi sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air,
transpirasi dan evaporasi yangberlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah
penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air
sebagaibagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perubahan struktur dan organ tumbuhan. Untuk lebih rinci perhatikan
peranan air bagi tumbuhan di bawah ini :
a. Struktur Tumbuhan.
Air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari semua makhluk hidup
(takterkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon terdiri
dari air, dan bagi tumbuhan herbajumlahnya mungkin akan mencapai 90%. Cairan
yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan
yang tepat untuk berfungsi metabolisme.[11]
b. Sebagai Penunjang. Tumbuhan
memerlukan air untuk penunjang jaringan-jaringan yang tidak berkayu.Apabila
sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air maka sel-sel ini akan berada dalam
keadaan kukuh. Tekananyang diciptakan oleh kehadiran air dalam sel disebut
tekanan turgor dan sel akan menjadi mengembang, danapabila jumlah air tidak
memadai maka tekanan turgor berkurang dan isi sel akan mengerut dan terjadilah
plasmolisis.[11]
c. Alat Angkut. Tumbuhan
memanfaatkan air sebagai alat untuk mengangkut materi disekitar tubuhnya.
Nutrisi masuk melalaui akar dan bergerak ke bagian tumbuhan lainnya sebagai
substansi yang terlarut dalam air. Demikian juga karbohidrat yang dibentuk di
daun diangkut ke jaringan-jaringan lainnya yang tidak berfotosintesis dengan
cara yang sama.[11]
d. Pendingin. Kehilangan
air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan tubuhnya dan menjaga dari
pemanasan yang berlebihan. putaran per menit selama 30-40 menit.[11]
d. Tanah
Tanah
merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan
organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan
unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.[11]
e. Ketinggian
Ketinggian tempat
menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian
yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.[11]
f. Angin
Angin selain berperan dalam
menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.[11]
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan
kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung
menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme
yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.[11]
2.5 Suksesi

Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan
oleh yang lain. Atau suksesi adalah perubahan komunitas tumbuh tumbuhan
yang secara teratur mulai dari tingkat
pioneer sampai pada tingkat klimak.[12]
1. Suksesi primer
Terjadi bila komunitas asal terganggu. Hal ini
mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat
komunitas asal terbentuk habitat baru. Dapat terjadi secara alami, misalnya
tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai,
dan endapan pasir di pantai. Dapat pula karena perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.[12]
Contoh suksesi primer:
Terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah
meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula
muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan
terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai
mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah
sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai.
Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan
lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini,
biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput
yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh
menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak
menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.[12]
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat
terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur
sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan
semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan
semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga
terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau
dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil
sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.[12]
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami
gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak
total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama
dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang
taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan
dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.[12]
Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia
antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan
kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.[12]
Faktor penyebab suksesi :
1. Faktor iklim :
·
Fluktuasi iklim yang
tidak konstan
·
Kekeringan
·
Radiasi yang kuat
2. Faktor edafis :
·
Erosi tanah
·
Deposisi tanah (penambahan
tanah)
3. Faktor biotic :
·
Pengembalaan
·
Penebangan
·
Deforestasi (pengurangan
penutupan hutan)
·
Hama dan penyakit[12]
Tahapan suksesi yaitu :
·
Terbentuknya tanah
kosong (nudation)
·
Migrasi (bji yang
migrasi)
·
Eecesis (perkecambahan,
pertumbuhan, Perkembangbiakan tumbuhan
baru)
·
Agregasi (biji tumbuhan,
berkembang, beranak)
·
Evaluation (biji
menjajah daerah/menguasai)
·
Reaksi
·
Stabilisasi
·
Klimaks[12]
2.6 Siklus
Biogeokimia
Materi yang menyusun tubuh organisme
berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia
yang merupakan Materi dasar makhluk hidup dan tak hidup.[13]
Siklus biogeokimia atau siklus
organik-anorganik
adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke
biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak
hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi
kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.[13]
Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus
nitrogen, siklus fosfor,
siklus karbon dan oksigen.[17]
1. Siklus Nitrogen (N2)
Gas nitrogen banyak
terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat
ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan)
dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen
atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.[13]
Tumbuhan memperoleh
nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02-
), dan ion nitrat (N03- ).[13]
Beberapa bakteri yang
dapat menambah nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain,
misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri
dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter
sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat
anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu
menambat nitrogen.[13]
Nitrogen yang diikat
biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan
yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit,
yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat
yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan,
nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang
dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam
ekosistem.[13]
![]() |
Gambar Siklus Nitrogen[13]
2.
Siklus Fosfor
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat
organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan
tanah).[13]
Fosfat organik dari
hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi
fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut
akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak
terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan
membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
menerus.[13]

Gbr. Siklus Fosfor di Alam[13]
3. Siklus Karbon dan Oksigen
Di
atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ
di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran
batubara, dan asap pabrik.[13]
Karbon
dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan
menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk
berespirasi.[13]
Hewan dan
tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam
tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah
kadar C02 di udara.[13]
Di
ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak
langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang
akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga
yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof
lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02
di air.[13]

Gbr. Siklus Karbon dan Oksigen di Alam[13]
2.7 Dampak Polusi Terhadap Ekologi Darat
Polusi
atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (
Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 4 tahun 1982 )[14]
Polusi
udara, air dan tanah akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Dampak terhadap kesehatan manusia misalnya dapat menyebabkan iritasi,
keracunan, bahkan kematian. Dampak pada lingkungan akibat pencemaran udara
yaitu terjadinya hujan asam, efek rumah kaca, dan kerusakan lapisan ozon.
Karbon dioksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, sulfur oksida, debu, jelaga dan
sebagainya merupakan polutan udara yang berpengaruh terhadap manusia, hewan,
dan tanaman.[14]
Dampak hujan asam adalah
hujan asam akan merusak tanaman,hujan asam mempengaruhi kualitas air
permukaan,hujan asam dapat melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam
tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan,hujan asam
bersifat korosif sehingga dapat merusak material dan bangunan.[14]
Dampak pemanasan global adalah terjadinya pencairan es di kutub sehingga permukan air laut menjadi tinggi,terjadinya perubahan iklim regional dan global, terjadinya perubahan siklus hidupflora dan fauna,Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.[14]
Dampak pemanasan global adalah terjadinya pencairan es di kutub sehingga permukan air laut menjadi tinggi,terjadinya perubahan iklim regional dan global, terjadinya perubahan siklus hidupflora dan fauna,Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.[14]
Perubahan cuaca yang
ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara
dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam
(banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana
alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian
dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.[14]
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.[14]
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.[14]
Degradasi Lingkungan yang
disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada
waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara
hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,
coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.[14]
2.8 Pengaruh Pembukaan
Hutan
Pembukaan
hutan untuk investasi perkebunan maupun pengolahan kayu di Papua belum mampu
membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Kegiatan itu dinilai lebih banyak
menimbulkan degredasi social dan adat. Yang jelas warga di pedalaman kesulitan
mendapatkan makanan dan obat karena hutan dibuka. Pemahaman adaptasi ini mulai
bergeser ketika masyarakat di kampung melihat bahwa hutan bernilai ekonomi. Dampaknya
masyarakat terlibat konflik antarwarga dalam penentuan batas kepemilikan hutan
dan kehilangan identitas marga. Masuknya berbagai perusahaan kayu yang
menawarkan iming – iming uang yang melimpah dan besar membuat masyarakat
menyerahkan hutannya kepada perusaan – perusahaan tersebut. Akibatnya mereka
kehilangan hutannya dan daerahnya.[15]
Pengaruh Pembukaan Hutan
Terhadap Sumber Daya Lahan
Praktek
pembukaan hutan menyebabkan perubahan dan kerusakan secara langsung melalui :
a. Kehilangan
kanopi yang menghasilkan perubahan iklim mikro di atas dan bawah permukaan
tanah
b. Pemadatan
tanah, kehilangan struktur tanah bahkan kehilangan lapisan atas tanah yang
menghasilkan perubahan sifat fisik dan kima tanah. Penguapan hara tanaman
melaui pembakaran diikuti pengembalian hara sebagai deposit debu.
c. Perubahan
fisiko-kimia akibat pembukaan hutan ini secara langsung juga berpengaruh
terhadap sifat biologi tanah dan vegetasi. Melalui kehilangan kanopi, benih dan
masukan serasah, regenerasi benih secara insitu dan kerusakan akar dipermukaan,
populasi mikroba tanah dan cadangan benih.[15]
2.9 Pengaruh Pembukaan Hutan Terhadap Potensi Sumberdaya Air
Menurut
Asdak (1995), bahwa vegetasi penutup tanah dapat menghalangi jalannya air
larian dan memperbesar jumlah air yang tertahan di atas permukaan tanah
(surface detention), yang akan menurunkan laju air larian. Berkurangnya laju
dan volume air larian berkaitan dengan perubahan nilai koefisien air larian,
yang menunjukkan perbandingan antara besarnya air larian dengan curah hujan 5
total. Jika jumlah air hujan yang menjadi air larian makin besar, maka ancaman
terjadinya erosi dan banjir menjadi lebih besar.[15]
Hutan di
Indonesia memiliki nilai ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya
bagi negara dan masyarakat setempat khususnya. Jika berbagai
peranan itu tidak seimbang, yang satu lebih ditekankan daripada yang lainnya,
maka keberlanjutan hutan akan semakin terancam. Hal ini terlihat selama
25 tahun terakhir ini, eksploitasi sumber daya dan tekanan pembangunan
mempunyai pengaruh pada hutan. Dalam buku Agenda 21 Indonesia disebutkan bahwa
faktor-faktor yang menekan kerusakan hutan
Indonesia, yaitu: (a) pertumbuhan penduduk dan penyebarannya yang tidak
merata; (b) konversi hutan untuk pengembangan perkebunan dan pertambangan;
(c) pengabaian atau ketidaktahuan mengenai pemilikan lahan secara
tradisional (adat) dan peranan hak adat dalam memanfaatkan sumber daya alam;
(d) program transmigrasi; (e) pencemaran industri dan pertanian pada
hutan lahan basah; (f) degradasi hutan bakau yang disebabkan oleh
konversi menjadi tambak; (g) pemungutan spesies hutan secara berlebihan;
dan (h) introduksi spesies eksotik.[15]
Hal itu
semua dapat menyebabkan warga kampung menderita karena hutan tempat mereka
dirusak oleh para pengusaha – pengusaha yang menjanjikan uang yang melimpah dan
membuka lapangan pekerjaan bagi para warga kampung. Namun hal itu tidak terjadi
karena pengusaha – pengusaha itu hanya berbohong semata ingin mendapatkan tanah
yang dimiliki oleh warga kampong. Hasilnya warga kampung sudah tidak memilki
lahan lagi dan mereka menderita akibat ulah para pengusaha yang hanya ingin
mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri namun tidak mementingkan orang
lain. Hutan juga banyak dibakar sehingga daerah sekitar menjadi mudah terkena
banjir dan tanah longsor.[15]
Pembangunan
di sektor kehutanan pada dasarnya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Alih
fungsi hutan untuk mendukung program pengembangan perkebunan kelapa
sawit merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat membuka lapangan
pekerjaan sekaligus menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Program
pengembangan perkebunan kelapa sawit tampaknya menjadi jawaban bagi
pemerintah untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kenyataannya,
peningkatan kesejahteraan tidak pernah terwujud dan keadaannya menjadi
terbalik.[15]
Investasi
bernilai miliaran dolar itu justru membuat rakyat kehilangan kemandirian dalam
membangun kesejahteraannya sendiri. Namun, kebijakan yang salah arah ternyata
tidak menghentikan pengembangan perkebunan kelapa sawit. Angka statistik
perluasan perkebunan kelapa sawit di daerah terus mengalami peningkatan.
Pengusahaan hutan untuk kesejahteraan rakyat adalah suatu bentuk pengandaian
yang mendominasi pandangan pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait sektor
kehutanan sejak awal dilakukannya konversi hutan alam menjadi ladang
eksploitasi untuk kepentingan ekonomi. Pengandaian yang tidak memiliki dasar
yang jelas tersebut terbukti menciptakan ketergantungan
yang merusak dan menutup kemungkinan bagi masyarakat di sekitar hutan
untuk memiliki pilihan yang lebih baik yang menunjang keberlanjutan
ekonomi. Dalam kasus sawit, pengembangan perkebunan kelapa sawit membuat
masyarakat adat dan petani setempat terdesak di tanah mereka sendiri. Jadi
pembukaan hutan yang seharusnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat
malahan membuat masyarakat semakin menderita.[15]
BAB III
PEMBAHASAN
Ekologi
darat merupakan habitat mahluk hidup yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan dengan ekologi air.
Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi
beberapa bioma, yaitu:
- Bioma stepa/ padang rumput
- Bioma sabana
- Bioma gurun
- Bioma hutan hujan tropis/ hutan basah
- Bioma hutan gugur
- Bioma tundra
- Bioma taiga
- Bioma karst/ batu gamping
- Bioma hutan mangrove/ bakau[1]
Dari
bioma-bioma tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda, begitu juga mahluk hidup
yang berhabitat di bioma tersebut. Sehingga adaptasi sangat diperlukan untuk
mempertahankan hidup.
Di
alam ini terjadi berbagai siklus kehidupan yang terus berjalan, yaitu adanya
siklus biogeokimia sebagai tanda bahwa seluruh mahluk hidup dan unsur-unsurnya
saling berhubungan membentuk suatu sistem yang tidak dapat terpisahkan. Pada siklus nitrogen, amoniak yang juga
berasal dari air kencing manusia akan
diubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus.
Yang mana nitrat tersebut merupakan unsur hara yang diperlukan oleh
tumbuhan.
Pada
siklus karbon dan oksigen, tumbuhan mengeluarkan oksigen dari hasil
fotosintesis yang dibantu oleh sinar matahari. Dimana pada proses tersebut
tumbuhan memerlukan karbondioksida yang ia hirup dari hasil pernafasan manusi
maupun hewan. Dan hasil dari tumbuhan merupakan nafas dari hewan dan manusia,
sehingga hal itu membentuk siklus yang akan terus berlangsung.
Pada
siklus fosfor, bakteri mengubah bahan-bahan organik baik berupa organisme yang
telah mati dan membusuk maupun sisa kotoran manusia dan hewan yang diurainya
menjadi unsur hara yang berguna bagi tumbuhan.
Dari
siklus tersebut dapat diketahui bahwa semua komponen biotik dan abiotik selalu
membutuhkan dan berkaitan satu dengan yang lain, sehingga untuk
mempertahankannya kita tidak boleh memutus mata rantai yang menjadi faktor
dominan dari suatu habitat. Misalnya saja tumbuhan, karena tumbuhan merupakan
mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri yang dapat dikonsumsi oleh
manusia. Sehingga apabila penebangan pohon ilegal masih berkembang maka mahluk
hidup seperti manusia dan hewan tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup,
sementara itu kotoran/buangan dari manusia dan hewan akan menumpuk karena
unsurhara yang seharusnya diserapa oleh tumbuhan tidak dapat diserap oleh
karena tumbuhan telah punah. Dari tumpukan kotoran tersebut akan menghasilkan
polusi.
Selain
itu, polusi juga dapat ditimbulkan oleh aktivitas manusia yang mengakibatkan
hujan asam, global warming, degradasi lingkungan yang akan mengganggu dan
merusak ekosistem yang ada.
Ada beberapa cara mudah yang bisa kita lakukan, yaitu ;
1.
Matikan
listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan
standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak
mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil
penyumbang besar emisi).
2.
Ganti
bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal,
lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3.
Bersihkan
lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4.
Jika
terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk
secukupnya, sekitar 21-24 oC).
5.
Gunakan
timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6.
Alihkan
panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7.
Tanam
pohon di lingkungan sekitar Anda.
8.
Jemur
pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin
(dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9.
Gunakan
kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas
(bahan bakunya berasal dari kayu).[14]
Say no to plastic. Hampir
semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga
dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.[14]
Sedangkan untuk pencegahan
dampak hujan asam yaitu:
Karena hujan asam berbahaya kita harus mencegahnya.[14] Caranya:
Karena hujan asam berbahaya kita harus mencegahnya.[14] Caranya:
1.
Tidak
berleihan menggunakan kendaraan yang mengeluarkan polusi.
2.
Menyemprotkan
kapur agar menetralkan hujan asam karena kapur bersifat basa bukan bersifat
asam.
3.
Tidak
membuang sampah sembarangan dan menanam pohon (reboisasi).[14]
Disamping
polusi yang mulai bermunculan pembangunan-pembangunan pun terjadi sebagai
akibat kepadatan penduduk yang ingin membangun rumah sebagi tempat tinggal. Hal
tersebut tentunya memerlukan lahan yang tidak sedikit dan pasti menggunakan
lahan yang semestinya bisa ditumbuhi pepohonan atau tanaman lainnya. Sehingga
populasi tumbuhan pun akan menurun.
Akan
tetapi kita dapat emnyusun perencanaan terlebih dahulu sebelum dilakukan
pembangunan akan tidak merugikan bagi lingkungan dan tidak mempengaruhi ekosistem
yang sudah ada, yaitu dengan cara pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan
berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan
manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan
aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.[16]
Pertumbuhan
penduduk yang relatif cepat berimplikasi pada ketersediaan lahan yang cukup
untuk menopang tuntutan kesejahteraan hidup. Sementara lahan yang tersedia
bersifat tetap dan tidak bisa bertambah sehingga menambah beban lingkungan
hidup. Daya dukung alam ternyata semakin tidak seimbang dengan laju tuntutan
pemenuhan kebutuhan hidup penduduk. Atas dasar inilah, eksploitasi sistematis
terhadap lingkungan secara terus menerus dilakukan dengan berbagai cara dan
dalih.[16]
Sementara
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebenarnya diharapkan dapat
memberi kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia ternyata juga harus dibayar
amat mahal, oleh karena dampaknya yang negatif terhadap kelestarian lingkungan.
Pertumbuhan industri, sebagai hasil rekayasa ilmu pengetahuan dan tehnologi
dibanyak negara maju terbukti telah membuat erosi tanah dan pencemaran limbah
pada tanah pertanian yang menyebabkan terjadinya proses penggaraman
(solinizasi) atau penggurunan (desertifikasii) pada lahan produktif.[16]
Proses perencanaan dan pengambilan kebijakan oleh pemerintah yang berkenaan dengan persoalan teknologi dan lingkungan hidup menuntut adanya pemahaman yang komprehensif dari pelaku pengambil kebijakan mengenai masalah terkait.[16]
Pemahaman ini berangkat dari pengetahuan secara akademis dan diperkuat oleh data-data lapangan sehingga dapat menghasilkan skala kebijakan yang berbasis kerakyatan secara umum dan ekologi secara khusus. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan sumber daya alam dengan tetap mempertahankan aspek-aspek pemeliharaan dan pelestarian lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.[16]
Proses perencanaan dan pengambilan kebijakan oleh pemerintah yang berkenaan dengan persoalan teknologi dan lingkungan hidup menuntut adanya pemahaman yang komprehensif dari pelaku pengambil kebijakan mengenai masalah terkait.[16]
Pemahaman ini berangkat dari pengetahuan secara akademis dan diperkuat oleh data-data lapangan sehingga dapat menghasilkan skala kebijakan yang berbasis kerakyatan secara umum dan ekologi secara khusus. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan sumber daya alam dengan tetap mempertahankan aspek-aspek pemeliharaan dan pelestarian lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.[16]
Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya
standar kesejahteraan hidup manusia dunia akhirat yang layak, cukup sandang,
pangan, papan, pendidikan bagi anak-anaknya, kesehatan yang baik, lapangan
kerja yang diperlukan, keamanan dan kebebasan berpolitik, kebebasan dari
ketakutan dan tindak kekerasan, dan kebebasan untuk menggunakan hak-haknya
sebagai warga negara. Taraf kesejahteraan ini diusahakan dicapai dengan menjaga
kelestarian lingkungan alam serta tetap tersediannya sumber daya yang diperlukan.
Implementasi pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan
reboisasi, menanam seribu pohon dan gerakan bersih lingkungan tampaknya
mengalami kendala yang berarti. Artinya, tidak seimbangnya antara yang ditanam
dan yang dieksploitasi menjadi salah satu penyebabnya. Ada empat hal pokok
dalam upaya penyelamatan lingkungan. Pertama, konservasi untuk kelangsungan
hidup bio-fisik. Kedua, perdamaian dan keadilan (pemerataan) untuk melaksanakan
kehidupan sehari-hari dalam hidup bersama. Ketiga, pembangunan ekonomi yang
tepat, yang memperhitungkan keharusan konservasi bagi kelangsungan hidup
bio-fisik dan harus adanya perdamaian dan pemerataan (keadilan) dalam
melaksanakan hidup bersama. Keempat, demokrasi yang memberikan kesempatan
kepada semua orang untuk turut berpartisipasi dalam melaksanakan kekuasaan,
kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam meningkatkan mutu kehidupan
bangsa.[16]
Pembangunan
yang berwawasan lingkungan dan berimbang haruslah berorientasi pada kebutuhan
pokok hidup manusia, pemerataan sosial, peningkatan kualitas hidup, serta pembangunan
yang berkesinambungan. Agar
pembangunan yang berwawasan lingkungan ini dapat berjalan dengan baik, maka
pembangunan tersebut perlu memiliki pandangan jauh ke depan yang dirumuskan
sebagai visi pembangunan. Dan dapat diimplementasikan ke dalam pembangunan
jangka panjang secara ideal serta berorientasi kepada kepentingan seluruh
rakyat. Visi pembangunan yang dimaksud adalah tercapainya peningkatan kualitas
hidup seluruh masyarakat melalui: pengembangan kecerdasan, pengembangan
teknologi, ketrampilan dan moral pembangunan sumber daya manusia yang tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, serta seni untuk mengelola sumber daya
alam secara bijaksana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pembangunan harus mengandung makna
perkembangan dan perbaikan kualitas hidup masyarakat melalui keadilan. Berhasil atau tidaknya visi ini sangat tergantung pada
misi pembangunan melalui strategi pembangunan yang dijalankan. Strategi pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan
potensi sumber daya manusia dalam mendayagunakan sumber daya alam dengan
segenap peluang serta kendalanya.[16] Hal ini
dapat dilakukan dengan cara:
- Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala perencanaan yang baik dan layak.
- Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi, yang berdampak positif bagi kelangsungan hidup pembangunan itu sendiri.
- Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan, sehingga sesuai dengan rencana dan tujuannya.[16]
Di dalam
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup titik tekannya ada di daerah, untuk itu
seyogyanya di dalam program pembangunan nasional/daerah merumuskan program
pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, yang mencakup :
- Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Bertujuan memperoleh dan menyebarluaskan informasi mengenai potensi dan produktivitas sda dan lh melalui inventarisasi dan evaluasi serta penguatan sistem informasi.
- Program Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam. Bertujuan menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sda dan lh laut, air, udara, atau dengan harapan tercapainya sasaran berupa terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sda yang tidak terkendali dan eksploitatif.
- Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Bertujuan meningkatkan kualitas lh dalam upaya mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sda yang berlebihan.
- Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perundangan, kebijakan, serta terlaksananya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.
- Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup. Bertujuan meningkatkan peranan dan kepedulian semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sda dan pelestarian fungsi LH.[16]
Mengingat
kompleksnya di dalam pengelolaan LH, maka dalam pelaksanaan pembangunan
dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan LH yang sejalan dengan
prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan
saling memperkuat satu sama lain. Di samping itu yang terjadi di lapangan
adalah menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan banyaknya hal yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah dalam masa otonomi daerah, di
antaranya :
- Ego sektoral dan daerah, yang terjadi adalah pengelolaan hidup dilaksanakan overlaping antar sektor satu dengan sektor yang lain.
- Tumpang tindih perencanaan antar sektor.
- Dana yang masih sangat kurang untuk bidang lingkungan hidup.
- Keterbatasan sumberdaya manusia.
- Eksploitasi sumberdaya alam masih terlalu mengedepankan profit dari sisi ekonomi.
- Lemahnya implementasi peraturan perundangan.
- Lemahnya penegakan hukum lingkungan khususnya pengawasan.
- Pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup masih rendah.
- penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan.[16]
Dampak Lingkungan terhadapa Kesehatan
Lingkungan
merupakan habitat suatu organisme, sehingga apabila lingkungan terkondisi
dengan baik yaitu sanitasi yang baik, perilaku yang sehat dan baik, maka
organisme akan hidup dengan sehat dan nyaman. Akan tetapi sebaliknya, apabila
lingkungannya kotor, sanitasi jelek serta perilaku yang tidak baik pada
masyarakat maka akan membuat organisme rentan terhadap masalah kesehatan dan
hidup dengan perasaan dan kondisi yang tidak nyaman.
Oleh
karena itu kondisi lingkungan yang sanitasinya baik akan meningkatkan derajat
kesehatan suatu masyarakat, dan sanitasi yang buruk akan membuat masyarakat
rendah derajat kesehatannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ekologi
darat merupakan habitat terbesar yang merupakan suatu ekosistem yang saling berkaitan,
sehingga pelestarian lingkungan harus terus dijalankan dan pembangunan harus
mempertimbangkan pula dengan kelestarian lingkungan.
4.2 Saran
ü Setiap melakukan tindakan harus mempertimbangkan dampak
yang akan terjadi bagi lingkungan.
ü Melakukan pencegahan lebih baik daripada mengobati, dan
rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki lingkungan yang mulai tercemar
ü Pengelolaan sampah sebagai jalan mengurangi limbah dan
pemanfaatan sampah akan membantu pemulihan lingkungan yang tercemar
ü Pengelolaan sampah sebagai barang bernilai ekonomis dapat
menghemat produksi sampah baru, serta membantu perekonomian, dan menjadikan
lingkungan terlihat bersih dan indah sehingga mempernyaman dalam beraktivitas
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
3. Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
11. http://www.google.com
12. http://www.dephut.go.id
17. Noviasri, Putri.2009.Buku Kunci Biologi
SMA.Yogyakarta:Galang Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar