Senin, 31 Juli 2017

Makalah Ekologi Darat



EKOLOGI DARAT
Merupakan tugas mata kuliah Ekologi Kesehatan
Dosen pengampu : Rokhani, S.KM


Disusun oleh:
1.            Adib Heri S.                                       (SK.210.002)
2.            Ambar            Sulistiyaningrum                (SK.210.006)
3.            Bahar Suhartaji                                (SK.210.011)
4.            Endang Zaeni Ariyanti                   (SK.210.017)
5.            Khaerun Nisa                                   (SK.210.022)
6.            Maliatul Mahmudah                                    (SK.210.026)
7.            Muhammad Khoirunnas                (SK.210.030)
8.            Nur Hidayati                                      (SK.210.034)
9.            Rifqi Zulfikar A.                                (SK.210.038)
10.         Tiara Riska Maulina                                    (SK.210.042)
11.         Wisnu Wardana                               (SK.210.046)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun penyusunan makalah ini dimaksudkan guna menambah khazanah wawasan dan memenuhi tugas mata kuliah ekologi kesehatan Jurusan Progam Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
 Pembuatan tugas ini pun tak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang sekiranya kurang memuaskan berbagai pihak, sehingga kami pun siap untuk dapat menerima kritikan, masukan, usul, pendapat dan sarannya yang mungkin dapat membantu dan demi kesempurnaanya makalah ini, maka kami berharap dengan sungguh-sungguh akan perhatian dan minat saudara.
Akhirnya, semoga rangkuman yang kami buat ini menjadikan manfaat lebih bagi kita semua.AMIEN.


Kendal, Juni 2011
Penyusun :





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Ekologi darat atau biasa disebut ekosistem darat merupakan habitat mahluk hidup terbanyak dibandingkan dengan ekologi air. Dari hal tersebut kita perlu mengetahui apa saja yang terdapat pada ekosistem darat dan hal-hal apa saja yang terjadi di daerah tersebut. Serta menganalisis dampak polusi dan pembangunan pada ekologi daratan.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Apa saja jenis-jenis bioma, ciri-ciri bioma, dan mahluk hidup yang berdiam di masing-masing bioma serta cara mahluk hidup beradaptasi?
1.2.2     Apa saja siklus yang terjadi di daratan maupun air?
1.2.3     Apa dampak dari adanya polusi dan pembangunan?

1.3  Tujuan
1.3.1     Khusus
־       Mengetahui jenis-jenis bioma
־       Mengetahui ciri-ciri bioma
־       Mengetahui mahluk hidup yang tinggal dalam suatu bioma
־       Mengetahui cara beradaptasi mahluk hidup yang tinggal dalam suatu bioma
־       Mengetahui siklus alam yang terjadi di darat maupun air
־       Mengetahui dampak polusi terhadap ekosistem darat
־       Mengetahui dampak pembangunan terhadap ekosistem darat
1.3.2     Umum
־       Dapat mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada ekosistem darat
־       Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang ekosistem dengan menjaga kelestarian ekosistem yang ada
־       Dapat merencanakan pembangunan yang tidak merusak ekosistem darat


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ekologi Darat
Ekologi darat mempelajari tentang ekosistem darat. Ekosistem darat mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan ekosistem laut, karena kemungkinan organisme untuk hidup dan berkembangbiak pada ekosistem darat lebih lebar. Sebab, distribusi oksigen dan sinar matahari lebih banyak.[1]
Pada Ekosistem darat terdapat beberapa jenis dari bentuk tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, yaitu : pohon, liana, epifit, shrubs, herba, dan tumbuhan taliod.[1]
Jenis adaptasi hewan vertebrata darat, yaitu:
a.       Herbivora
Terdapat tiga jenis, yaitu : Ground-dwelling, Arboreal seperti Macaca fascicularis, dan Aerial seperti Burung dan hewan-hewan terbang lainnya. Pada Ground-dwelling terbagi lagi menjadi empat, yaitu : Cursorial (berlari) seperti rhea dan emu, Saltatory (melompat) seperti kangguru, Graviportal (berat badan) seperti penyu dan gajah, dan Forsial seperti kodok dan katak.[1]
b.      Karnivora
Pada karnivora terbagi menjadi empat juga. Ketiganya sama dengan Herbivora, tetapi karnivora tidak Arboreal dan diganti Amphibious. Contoh pada Ground –dwelling adalah seperti cecak, kucing, beruang ular dan lain sebagainya. Contoh pada Aerial adalah beberapa burung, kelelawar, elang dan lain sebagainya. Contoh pada Fossorial  seperi beberapa jenis ular, dan contoh pada Amphibious seperti Alligator sp dan katak.[1]
             Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu:
  1. Bioma stepa/ padang rumput
  2. Bioma sabana
  3. Bioma gurun
  4. Bioma hutan hujan tropis/ hutan basah
  5. Bioma hutan gugur
  6. Bioma tundra
  7. Bioma taiga
  8. Bioma karst/ batu gamping
  9. Bioma hutan mangrove/  bakau[1]
2.2 Jenis-jenis Ekosistem Darat
2.2.1 Bioma Stepa ( Padang Rumput )
Bioma Stepa ( Padang Rumput ) terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika yang curah hujannya tidak cukup untuk perkembangan hutan. Bioma Stepa berbeda dengan Bioma Sabana.[2]
Perbedaan yang cukup antara Stepa dengan Sabana adalah pada bioma sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh kumpulan pepohonan besar, sedangkan pada bioma Stepa merupakan padang rumput yang tidak di selingi oleh kumpulan-kumpulan pepohonan, kalaupun ada hanya sedikit saja pepohonan yang ada.[2]
Ciri -ciri bioma Stepa:
·         Curah hujan tidak teratur, antara 250 – 500 mm/tahun
·         Tanah pada umumnya tidak mampu menyimpan air yang disebabkan oleh rendahnya tingkat porositas tanah dan sistem penyaluran yang kurang baik sehingga menyebabkan rumput-rumput tumbuh dengan subur.
·         Beberapa jenis rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m
·         Memiliki pohon yang khas, yaitu akasia
·         Wilayah persebaran bioma Stepa meliputi Afrika, Amerika Selatan, Amerika Serikat bagian barat, Argentina dan Australia.[2]
            Beberapa flora yang hidup di daerah bioma Stepa contohnya adalah: Pohon Akasia dan Semak Belukar.[2]
Karena merupakan daerah padang rumput maka bioma ini bayak dihuni oleh beberapa herbifora dan karnifora, contohnya antara lain :
Rusa                                      Antelop                       Kerbau
   Kanguru           Harimau                           Singa                                                 Ular
Komponen Pendukung Ekosistem Padang Rumput
            Pada ekosistem ini, kita akan menemukan beberapa jenis organisme yang mendukung terbentuknya ekosistem padang rumput, yaitu:
  • Organisme autotrof
            Organisme ini adalah jenis organisme yang bisa membuat atau menyintesa makanan sendiri mengandalkan cahaya matahari, air dan komponen udara sekitar. Organisme autotrof pada ekosistem ini adalah tanaman atau rumput. Rerumputan ini pun hidup beradaptasi dengan kelembaban lingkungan yang memiliki curah hujan tidak teratur.[3]
  • Organisme heterotrof
            Organisme kedua ini adalah jenis organisme yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Organisme jenis ini adalah para hewan pemakan rumput, seperti zebra, rusa, kanguru atau bison. Hidup hewan ini bergantung pada rumput-rumput yang hidup di sekitar mereka.[3]
            Organisme heterotrof yang lain adalah hewan pemangsa yang menjadi konsumen kedua setelah hewan pemakan rumput, seperti singa, anjing liar ataupun ular. Hewan pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini menggantungkan hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi target mangsa mereka.[3]
  • Abiotik
            Selain makhluk hidup, di ekosistem padang rumput ini juga terdapat komponen tak hidup atau yang biasa disebut sebagai abiotik. Komponen ini meliputi bebatuan, tanah, air, udara, ataupun sinar matahari. Komponen-komponen ini ikut mendukung keseimbangan dari ekositem padang rumput.[3]
  • Pengurai
            Komponen terakhir adalah dekomposer atau pengurai. Sebenarnya pengurai termasuk dalam organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Tugas dari organisme yang satu ini adalah menguraikan bahan organik dari benda hidup yang sudah mati (misal: hewan mati, daun, batang pohon, dll).[3]
            Contoh dari pengurai pada ekosistem padang rumput ini adalah jamur dan bakteri. Mereka akan menyerap sebagian hasil penguraian dan membuang beberapa bahan sederhana untuk digunakan kembali oleh produsen (tanaman/rumput).[3]
            Ekosistem padang rumput adalah bagian dari kehidupan, sudah selayaknya kita sebagai manusia ikut menjaga keseimbangan ekosistem ini. Misalnya, tidak sembarangan memburu hewan, baik pemakan rumput maupun hewan pemangsa seperti singa.[3]
            Hal ini hanya akan menimbulkan putusnya rantai makanan, dan akan berakibat kacaunya ekosistem yang pasti merugikan manusia secara perlahan.[3]
2.2.2     Bioma Sabana
Bioma Sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu jenis tumbuhan saja.
b.    Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari campuran berjenis-jenis pohon.[1]

2.2.3     Bioma Padang Pasir / Gurun
            Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.[4]
Ciri-ciri bioma padang pasir yaitu :
·         Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun.
·         Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.
·         Kelembaban udara sangat rendah.
·         Perbedaan suhu siang hari dengan malam harisangat tinggi(siangdapat mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C).
·         Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.[4]
Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh adalah tumbuhan yang teradaptasi dengan keadaan kering, misalnya tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan akar yang panjang. Juga tumbuhan sukulen atau kaktus, yang menyimpan banyak air pada batangnya dan daunnya menyempit menjadi duri.[5]
Hewan besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil seperti tikus,ular, kadal, kalajengking, dan semut. umumnya hanya aktif hidup pada pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-lubang.[5]

Fauna  Adaptasi 
·         Aktifitas malam hari , siang membuat lubang
·         Mempunyai cadangan penyimpan air
·         Hewan yang hidup unta, tikus,ular, kadal, kalajengking, dan semut. Beberapa tikus/mencit gurun tidak pernah minum, tetapi mendapatkan semua kebutuhan airnya dari perombakan metabolic biji-bijian yang dimakannya.[4]
Flora ( Xerophyt ) Adaptasi 
·         Daun ditutupi oleh kutikula yang tebal 
·         Akar yang panjang. 
·         Sukulen atau kaktus, yang menyimpan banyak air pada batangnya dan 
·         Daunnya menyempit menjadi duri
·         Kaktus yamh nerkemampuan menyerap air selama periode basah. dan mengandalkan fotosintesis CAM, suatu adaptasi metabolic untuk menghemat air dalam lingkungan kering juga terdapat Adaptasi protektif yang menghalangi pemakanan oleh mamalia dan serangga, seperti duri pada kaktus dan racun pada daun semak.[4]

2.2.4     Bioma Hutan Hujan Tropis / Hutan Basah
Hutan basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.[6]
Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :
v  Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
v  Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
v  Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun
v  Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
v  Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung).[6]
            Jenis tumbuhan yang hidup di daerah hutan basah yaitu tumbuhan pencekik pohon, pohon jelutung, pohon ramin, pohon rengas, pohon manau.[6]
pencekik-pohon-dan-jelutung
ramin-rengas-rotan-manau
            Hewan yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan pemanjat sejenis primata, seperti : gorilla, monyet, simpanse, orang utan, gibon, siamang.[6]
gorilla-monyet-dan-simpanse
orang-utan-gibbon-siamang
2.2.5     Bioma Hutan Gugur
Bioma Hutan Gugur (Deciduous Forest)adalah hutan dengan ciri tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili.[7]
Ciri-ciri bioma hutan gugur adalah sebagai berikut :
·         Curah hujan merata antara 750mm – 1.000 mm pertahun
·         Pohon-pohon memiliki ciri berdaun lebar, hijau pada musim dingin, rontok pada musim panas dan memiliki tajuk yang rapat.
·         Memiliki musim panas yang hangat dan musim dingin yang tidak terlalu dingin.
·         Jarak antara pohon satu dengan pohon yang lainnya tidak terlalu rapat/renggang
·         Jumlah/jenis tumbuhan yang ada relatif sedikit
·         Memiliki 4 musim, yaitu musim panas-gugur-dingin-semi.
·         Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis.[8]
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah serangga, burung, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang.[8]
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, suhu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.[8]
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan fotosintesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim dingin). Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.[8]
Basswood - Oak pada waktu lebat - Oak pada waktu rontok
     Basswood                       Oak pada waktu lebat                    Oak pada waktu rontok
Pohon-pohon utama yang terdapat di bioma hutan gugur rata-rata berukuran besar dan pendek. Sebagai perbandingan dapat dilihat pada pohon basswood Amerika di bawah ini.[8]
 Panda (hewan endemik china) - anjing - racoon
Basswood Amerika
·         Fauna yan terdapat di wilayah bioma hutan gugur misalnya Panda (hewan endemik wilayah China), serangga, burung, bajing, anjing, rusa, racoon (sejenis musang/luwak).
·         Panda (hewan endemik china) - anjing - racoon
·         Pada setiap pergantian musim terdapat beberapa perubahan di bioma hutan gugur:
·         Saat musim panas pohon-pohon yang tinggi tumbuh dengan daun lebat dan membentuk tudung, tetapi cahaya matahari masih dapat menembus tudung tersebut hingga ke tanah karena daunnya tipis
·         Saat musim gugur menjelang musim dingin, pancaran energi matahari berkurang, suhu rendah dan air cukup dingin. Oleh karena itu daun-daun menjadi merah dan coklat, kemudian gugur karena tumbuhan sulit mendapatkan air. Daun dan buah-buahan yang gugur kelak kemudian menjadi tumpukan senyawa organik.
·         Saat musim dingin menjadi salju, tumbuhan menjadi gundul, beberapa jenis hewan mengalami/dalam keadaan hibernasi (tidur panjang pada waktu musim dingin).
·         Saat musim semi menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali, tumbuhan semak mulai tumbuh di permukaan tanah, hewan-hewan yang hibernasi mulai aktif kembali.[8]

2.2.6     Bioma Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.[9]
Ciri-ciri:
  1. Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.
  2. Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
  3. Fauna khas bioma tundra adalah "Muskoxem" (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa kutub).[9]

2.2.7     Bioma Taiga/ Hutan Berawa/ Hutan Boreal
Taiga, terletak di selatan tundra, yaitu di antara daerah beriklim sedang dengan kutub. Hutan boreal berada di kawasan kutub, di antaranya Alaska, Kanada, Rusia, Swedia, Norwegia, dan Finlandia. Kutub adalah lingkungan yang keras. Salju dan hawa dingin menyelimuti kawasan itu hampir sepanjang musim. Pada musim dingin mencapai minus 50 derajat celcius.Karena sinar matahari langka, tumbuhan sulit melakukan fotosintesis. Makanya pohonnya kecil dan kerdil.[1]
Tumbuhan dominannya adalah konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pinus).[1]
Hewan yang hidup di sini adalah ajax, beruang hitam, dan serigala.Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada.[1]
Ciri-ciri bioma taiga :
  1. Di dominasi oleh vegetasi pohon cemara yang merupakan tumbuhan berdaun jarum.
  2. Perbedaan suhu di musim dingin dan panas sangat mencolok di musim dingin dapat mencapai di bawah 00F dan di musim panas dapat mencapai 900F atau lebih. / musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
  3. Musim panas yang panjang dan curah hujan yang rendah
  4. Terdapat di daerah belahan bumi utara yang dekat dengan kutub utara.
  5. Terdapat juga vegetasi bamboo-bambu, paku-pakuan, dan lumut.
  6. Serangga pada waktu tertentu mendominasi hewan di sana, seperti jenis kumbang, lebah, capung, semut, dan laba-laba. Di sini juga ada binatang sejenis rusa yang dinamakan Mose, serigala, rubah, anjing hutan, dan beruang.
  7. Juga terdapat berbagai jenis burung seperti Bebek, angsa, dan jenis burung pemakan ikan. Juga terdapat burung pemangsa seperti burung elang, rajawali, dan burung hantu.
  8. Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
  1. Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen. Terdapat kira-kira 5 juta km2 hutan boreal di muka bumi. Pohon di hutan konifer mengalami musim pertumbuhan yang singkat akibat pengaruh musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang. Hutan boreal dihuni oleh serigala abu-abu, rusa kutub, pohon-pohon konifer, dan kumbang tanah yang sering terlihat diantara daun konifer yang gugur.Pohon konifer termasuk jenis Gymnospermae. Pohon konifer mempunyai bunga yang disebut rujung (konus), di dalam rujung betina terdapat biji buah. Konifer tumbuh di daerah yang dingin di seluruh dunia. Konifer yang sering dijadikan pohon natal adalah Spruce Norwegia.
  2. Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.[1]

2.2.8     Bioma  Karst / Batu Gamping / Gua
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.[9] Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. tanahnya kurang subur untuk pertanian
  2. sensitif terhadap erosi
  3. mudah longsor
  4. bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah
  5. gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro[9]
Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.[9]

2.2.9     Hutan Bakau / Mangrove
Hutan bakau/mangrove banyak ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan adalah pohon bakau (Rhizophora sp), sehingga nama lainnya adalah hutan bakau, selain pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api (Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).[10]
Ciri-ciri:
  1. Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
  2. Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
  3. Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut lingkungannya becek dan berlumpur.[10]
Dengan kondisi kadar garam tinggi, menyebabkan tumbuhan bakau sukar menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini dikenal dengan nama kekeringan fisiologis. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.[10]
Untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 rendah, tumbuhan bakau memiliki akar nafas yang berfungsi menyerap O2 langsung dari udara. Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan pasang surut terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama VIVIPARI yang artinya adalah berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya, dapat membentuk akar yang kadang-kadang dapat mencapai 1 meter panjangnya.[10]
Jika biji yang sudah berkecambah tadi lepas dari pohon induknya maka dengan akar yang panjang tersebut dapat menancap cukup dalam di dalam lumpur, sehingga tidak akan terganggu dengan arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut.[10]
Hutan bakau di Indonesia terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai barat dan selatan Kalimantan dan sepanjang pantai Irian, di Pulau Jawa hutan bakau yang agak luas masih tersisa di sekitar Segara Anakan dekat Cilacap yang merupakan muara sungai Citanduy.[10]
Jenis-jenis hewan yang dapat ditemukan dalam lingkungan hutan bakau terutama adalah ikan dan hewan-hewan melata (buaya, biawak) dan burung-burung yang bersarang di atas pohon-pohon bakau.[10]


2.3 Ekologi Buatan/ Ekosistem Buatan
            Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[9]
Contohnya:
§  Sawah
§  bendungan
§  hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
§  agroekosistem berupa sawah tadah hujan
§  sawah irigasi
§  perkebunan sawit
§  ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
§  ekosistem ruang angkasa[9]

2.4 Faktor Pembatas Ekologi Darat
a. Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem.Struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai di sistem ekologitersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi faktor pembaas, menghancurkan sistem jaringan tertentu.[11]
            Ada tiga aspek penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
b. Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
c. Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.[11]
Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan morfologi dari tumbuhan. Memangpada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air,tetapi pengaruh yang khusus sering merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya.[11]
b. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidka langsung trehadaporganisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengna mengontrol laju proses-proseskimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnyaterutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnyaenergi chaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsopsi oleh suatu substansi.[11]
Suhu juga sering berperan bersamaan dengna cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi dari organisme.Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum atau keadaan harga rata-ratanya yang penting.[11]
c.    Air
Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan evaporasi yangberlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagaibagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ tumbuhan. Untuk lebih rinci perhatikan peranan air bagi tumbuhan di bawah ini :
a.    Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari semua makhluk hidup (takterkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herbajumlahnya mungkin akan mencapai 90%. Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk berfungsi metabolisme.[11]
b.    Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-jaringan yang tidak berkayu.Apabila sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air maka sel-sel ini akan berada dalam keadaan kukuh. Tekananyang diciptakan oleh kehadiran air dalam sel disebut tekanan turgor dan sel akan menjadi mengembang, danapabila jumlah air tidak memadai maka tekanan turgor berkurang dan isi sel akan mengerut dan terjadilah plasmolisis.[11]
c.    Alat Angkut. Tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat untuk mengangkut materi disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk melalaui akar dan bergerak ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air. Demikian juga karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke jaringan-jaringan lainnya yang tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.[11]
d.    Pendingin. Kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan tubuhnya dan menjaga dari pemanasan yang berlebihan. putaran per menit selama 30-40 menit.[11]
d. Tanah
            Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.[11]
e. Ketinggian
            Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.[11]
f. Angin
            Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.[11]


g. Garis lintang
           Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.[11]

2.5 Suksesi
suksesi
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain.  Atau suksesi adalah perubahan komunitas tumbuh tumbuhan yang secara  teratur mulai dari tingkat pioneer sampai pada tingkat klimak.[12]
1. Suksesi primer
Terjadi bila komunitas asal terganggu. Hal ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.[12]
Contoh suksesi primer:
Terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.[12]
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.[12]
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.[12]
Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.[12]
Faktor penyebab suksesi :
1.    Faktor iklim :
·         Fluktuasi iklim yang tidak konstan
·         Kekeringan
·         Radiasi yang kuat
2.    Faktor edafis :
·         Erosi tanah
·         Deposisi tanah (penambahan tanah)
3.    Faktor biotic :
·         Pengembalaan
·         Penebangan
·         Deforestasi (pengurangan penutupan hutan)
·         Hama dan penyakit[12]
Tahapan suksesi yaitu :
·         Terbentuknya tanah kosong (nudation)
·         Migrasi (bji yang migrasi)
·         Eecesis (perkecambahan, pertumbuhan,  Perkembangbiakan tumbuhan baru)
·         Agregasi (biji tumbuhan, berkembang, beranak)
·         Evaluation (biji menjajah daerah/menguasai)
·         Reaksi
·         Stabilisasi
·         Klimaks[12]

2.6 Siklus Biogeokimia
            Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan Materi dasar makhluk hidup dan tak hidup.[13]
            Siklus biogeokimia atau siklus organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.[13]
            Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus karbon dan oksigen.[17]
1.      Siklus Nitrogen (N2)
       Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.[13]
       Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ).[13]
       Beberapa bakteri yang dapat menambah nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen.[13]
       Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.[13]






http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/1-7c-1.jpg
 









Gambar Siklus Nitrogen[13]
2.   Siklus Fosfor
     Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).[13]
     Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.[13]

http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/1-7c-2.jpg
Gbr. Siklus Fosfor di Alam[13]
3.    Siklus Karbon dan Oksigen
                  Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.[13]
                  Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.[13]
                  Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara.[13]
                  Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air.[13]
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/1-7c-3.jpg
Gbr. Siklus Karbon dan Oksigen di Alam[13]



2.7 Dampak Polusi Terhadap Ekologi Darat
            Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya ( Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 4 tahun 1982 )[14]
            Polusi udara, air dan tanah akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak terhadap kesehatan manusia misalnya dapat menyebabkan iritasi, keracunan, bahkan kematian. Dampak pada lingkungan akibat pencemaran udara yaitu terjadinya hujan asam, efek rumah kaca, dan kerusakan lapisan ozon. Karbon dioksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, sulfur oksida, debu, jelaga dan sebagainya merupakan polutan udara yang berpengaruh terhadap manusia, hewan, dan tanaman.[14]
            Dampak hujan asam adalah hujan asam akan merusak tanaman,hujan asam mempengaruhi kualitas air permukaan,hujan asam dapat melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan,hujan asam bersifat korosif sehingga dapat merusak material dan bangunan.[14]
            Dampak pemanasan global adalah terjadinya pencairan es di kutub sehingga permukan air laut menjadi tinggi,terjadinya perubahan iklim regional dan global, terjadinya perubahan siklus hidupflora dan fauna,Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.[14]
            Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.[14]
            Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.[14]
            Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.[14]
           
2.8 Pengaruh Pembukaan Hutan
Pembukaan hutan untuk investasi perkebunan maupun pengolahan kayu di Papua belum mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Kegiatan itu dinilai lebih banyak menimbulkan degredasi social dan adat. Yang jelas warga di pedalaman kesulitan mendapatkan makanan dan obat karena hutan dibuka. Pemahaman adaptasi ini mulai bergeser ketika masyarakat di kampung melihat bahwa hutan bernilai ekonomi. Dampaknya masyarakat terlibat konflik antarwarga dalam penentuan batas kepemilikan hutan dan kehilangan identitas marga. Masuknya berbagai perusahaan kayu yang menawarkan iming – iming uang yang melimpah dan besar membuat masyarakat menyerahkan hutannya kepada perusaan – perusahaan tersebut. Akibatnya mereka kehilangan hutannya dan daerahnya.[15]
Pengaruh Pembukaan Hutan Terhadap Sumber Daya Lahan
            Praktek pembukaan hutan menyebabkan perubahan dan kerusakan secara langsung melalui :
a.    Kehilangan kanopi yang menghasilkan perubahan iklim mikro di atas dan bawah permukaan tanah
b.    Pemadatan tanah, kehilangan struktur tanah bahkan kehilangan lapisan atas tanah yang menghasilkan perubahan sifat fisik dan kima tanah. Penguapan hara tanaman melaui pembakaran diikuti pengembalian hara sebagai deposit debu.
c.    Perubahan fisiko-kimia akibat pembukaan hutan ini secara langsung juga berpengaruh terhadap sifat biologi tanah dan vegetasi. Melalui kehilangan kanopi, benih dan masukan serasah, regenerasi benih secara insitu dan kerusakan akar dipermukaan, populasi mikroba tanah dan cadangan benih.[15]
2.9 Pengaruh Pembukaan Hutan Terhadap Potensi Sumberdaya Air
            Menurut Asdak (1995), bahwa vegetasi penutup tanah dapat menghalangi jalannya air larian dan memperbesar jumlah air yang tertahan di atas permukaan tanah (surface detention), yang akan menurunkan laju air larian. Berkurangnya laju dan volume air larian berkaitan dengan perubahan nilai koefisien air larian, yang menunjukkan perbandingan antara besarnya air larian dengan curah hujan 5 total. Jika jumlah air hujan yang menjadi air larian makin besar, maka ancaman terjadinya erosi dan banjir menjadi lebih besar.[15]
            Hutan di Indonesia memiliki nilai ekonomi, sosial,  lingkungan dan budaya  bagi  negara dan  masyarakat setempat khususnya. Jika  berbagai peranan itu tidak seimbang, yang satu lebih ditekankan daripada yang lainnya, maka keberlanjutan hutan akan semakin terancam. Hal ini terlihat  selama 25 tahun  terakhir ini, eksploitasi sumber daya dan tekanan pembangunan mempunyai pengaruh pada hutan. Dalam buku Agenda 21 Indonesia disebutkan bahwa faktor-faktor  yang  menekan  kerusakan  hutan  Indonesia,  yaitu: (a) pertumbuhan penduduk dan penyebarannya yang tidak merata; (b) konversi  hutan untuk pengembangan perkebunan dan pertambangan; (c) pengabaian atau ketidaktahuan  mengenai pemilikan  lahan secara tradisional (adat) dan peranan hak adat dalam memanfaatkan sumber daya alam; (d) program transmigrasi; (e) pencemaran  industri dan pertanian pada hutan lahan basah; (f) degradasi hutan bakau yang  disebabkan oleh konversi menjadi tambak; (g) pemungutan spesies hutan  secara berlebihan; dan (h) introduksi spesies eksotik.[15]
            Hal itu semua dapat menyebabkan warga kampung menderita karena hutan tempat mereka dirusak oleh para pengusaha – pengusaha yang menjanjikan uang yang melimpah dan membuka lapangan pekerjaan bagi para warga kampung. Namun hal itu tidak terjadi karena pengusaha – pengusaha itu hanya berbohong semata ingin mendapatkan tanah yang dimiliki oleh warga kampong. Hasilnya warga kampung sudah tidak memilki lahan lagi dan mereka menderita akibat ulah para pengusaha yang hanya ingin mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri namun tidak mementingkan orang lain. Hutan juga banyak dibakar sehingga daerah sekitar menjadi mudah terkena banjir dan tanah longsor.[15]
            Pembangunan di sektor kehutanan pada dasarnya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Alih fungsi hutan untuk mendukung program pengembangan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat membuka lapangan pekerjaan sekaligus menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Program pengembangan perkebunan kelapa sawit tampaknya menjadi jawaban bagi pemerintah untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kenyataannya, peningkatan kesejahteraan tidak pernah terwujud dan keadaannya menjadi terbalik.[15]
            Investasi bernilai miliaran dolar itu justru membuat rakyat kehilangan kemandirian dalam membangun kesejahteraannya sendiri. Namun, kebijakan yang salah arah ternyata tidak menghentikan pengembangan perkebunan kelapa sawit. Angka statistik perluasan perkebunan kelapa sawit di daerah terus mengalami peningkatan. Pengusahaan hutan untuk kesejahteraan rakyat adalah suatu bentuk pengandaian yang mendominasi pandangan pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait sektor kehutanan sejak awal dilakukannya konversi hutan alam menjadi ladang eksploitasi untuk kepentingan ekonomi. Pengandaian yang tidak memiliki dasar yang jelas tersebut terbukti menciptakan ketergantungan yang merusak dan menutup kemungkinan bagi masyarakat di sekitar hutan untuk memiliki pilihan yang lebih baik yang menunjang keberlanjutan ekonomi. Dalam kasus sawit, pengembangan perkebunan kelapa sawit membuat masyarakat adat dan petani setempat terdesak di tanah mereka sendiri. Jadi pembukaan hutan yang seharusnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat malahan membuat masyarakat semakin menderita.[15]















BAB III
PEMBAHASAN

            Ekologi darat merupakan habitat mahluk hidup yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan dengan ekologi air.
            Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu:
  1. Bioma stepa/ padang rumput
  2. Bioma sabana
  3. Bioma gurun
  4. Bioma hutan hujan tropis/ hutan basah
  5. Bioma hutan gugur
  6. Bioma tundra
  7. Bioma taiga
  8. Bioma karst/ batu gamping
  9. Bioma hutan mangrove/  bakau[1]
            Dari bioma-bioma tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda, begitu juga mahluk hidup yang berhabitat di bioma tersebut. Sehingga adaptasi sangat diperlukan untuk mempertahankan hidup.
            Di alam ini terjadi berbagai siklus kehidupan yang terus berjalan, yaitu adanya siklus biogeokimia sebagai tanda bahwa seluruh mahluk hidup dan unsur-unsurnya saling berhubungan membentuk suatu sistem yang tidak dapat terpisahkan.        Pada siklus nitrogen, amoniak yang juga berasal dari air kencing manusia     akan diubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Yang mana nitrat tersebut merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan.
            Pada siklus karbon dan oksigen, tumbuhan mengeluarkan oksigen dari hasil fotosintesis yang dibantu oleh sinar matahari. Dimana pada proses tersebut tumbuhan memerlukan karbondioksida yang ia hirup dari hasil pernafasan manusi maupun hewan. Dan hasil dari tumbuhan merupakan nafas dari hewan dan manusia, sehingga hal itu membentuk siklus yang akan terus berlangsung.
            Pada siklus fosfor, bakteri mengubah bahan-bahan organik baik berupa organisme yang telah mati dan membusuk maupun sisa kotoran manusia dan hewan yang diurainya menjadi unsur hara yang berguna bagi tumbuhan.
            Dari siklus tersebut dapat diketahui bahwa semua komponen biotik dan abiotik selalu membutuhkan dan berkaitan satu dengan yang lain, sehingga untuk mempertahankannya kita tidak boleh memutus mata rantai yang menjadi faktor dominan dari suatu habitat. Misalnya saja tumbuhan, karena tumbuhan merupakan mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Sehingga apabila penebangan pohon ilegal masih berkembang maka mahluk hidup seperti manusia dan hewan tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup, sementara itu kotoran/buangan dari manusia dan hewan akan menumpuk karena unsurhara yang seharusnya diserapa oleh tumbuhan tidak dapat diserap oleh karena tumbuhan telah punah. Dari tumpukan kotoran tersebut akan menghasilkan polusi.
            Selain itu, polusi juga dapat ditimbulkan oleh aktivitas manusia yang mengakibatkan hujan asam, global warming, degradasi lingkungan yang akan mengganggu dan merusak ekosistem yang ada. 
Ada beberapa cara mudah yang bisa kita lakukan, yaitu ;
1.    Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2.    Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3.    Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4.    Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24 oC).
5.    Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6.    Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7.    Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8.    Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9.    Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).[14]
            Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.[14]
            Sedangkan untuk pencegahan dampak hujan asam yaitu:
Karena hujan asam berbahaya kita harus mencegahnya.
[14] Caranya:
1.    Tidak berleihan menggunakan kendaraan yang mengeluarkan polusi.
2.    Menyemprotkan kapur agar menetralkan hujan asam karena kapur bersifat basa bukan bersifat asam.
3.    Tidak membuang sampah sembarangan dan menanam pohon (reboisasi).[14]

            Disamping polusi yang mulai bermunculan pembangunan-pembangunan pun terjadi sebagai akibat kepadatan penduduk yang ingin membangun rumah sebagi tempat tinggal. Hal tersebut tentunya memerlukan lahan yang tidak sedikit dan pasti menggunakan lahan yang semestinya bisa ditumbuhi pepohonan atau tanaman lainnya. Sehingga populasi tumbuhan pun akan menurun.
            Akan tetapi kita dapat emnyusun perencanaan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembangunan akan tidak merugikan bagi lingkungan dan tidak mempengaruhi ekosistem yang sudah ada, yaitu dengan cara pembangunan berwawasan lingkungan.
            Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.[16]
            Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat berimplikasi pada ketersediaan lahan yang cukup untuk menopang tuntutan kesejahteraan hidup. Sementara lahan yang tersedia bersifat tetap dan tidak bisa bertambah sehingga menambah beban lingkungan hidup. Daya dukung alam ternyata semakin tidak seimbang dengan laju tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup penduduk. Atas dasar inilah, eksploitasi sistematis terhadap lingkungan secara terus menerus dilakukan dengan berbagai cara dan dalih.[16]
            Sementara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebenarnya diharapkan dapat memberi kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia ternyata juga harus dibayar amat mahal, oleh karena dampaknya yang negatif terhadap kelestarian lingkungan. Pertumbuhan industri, sebagai hasil rekayasa ilmu pengetahuan dan tehnologi dibanyak negara maju terbukti telah membuat erosi tanah dan pencemaran limbah pada tanah pertanian yang menyebabkan terjadinya proses penggaraman (solinizasi) atau penggurunan (desertifikasii) pada lahan produktif.[16]
            Proses perencanaan dan pengambilan kebijakan oleh pemerintah yang berkenaan dengan persoalan teknologi dan lingkungan hidup menuntut adanya pemahaman yang komprehensif dari pelaku pengambil kebijakan mengenai masalah terkait.[16]
            Pemahaman ini berangkat dari pengetahuan secara akademis dan diperkuat oleh data-data lapangan sehingga dapat menghasilkan skala kebijakan yang berbasis kerakyatan secara umum dan ekologi secara khusus. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan sumber daya alam dengan tetap mempertahankan aspek-aspek pemeliharaan dan pelestarian lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.[16]
            Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar kesejahteraan hidup manusia dunia akhirat yang layak, cukup sandang, pangan, papan, pendidikan bagi anak-anaknya, kesehatan yang baik, lapangan kerja yang diperlukan, keamanan dan kebebasan berpolitik, kebebasan dari ketakutan dan tindak kekerasan, dan kebebasan untuk menggunakan hak-haknya sebagai warga negara. Taraf kesejahteraan ini diusahakan dicapai dengan menjaga kelestarian lingkungan alam serta tetap tersediannya sumber daya yang diperlukan.
            Implementasi pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan reboisasi, menanam seribu pohon dan gerakan bersih lingkungan tampaknya mengalami kendala yang berarti. Artinya, tidak seimbangnya antara yang ditanam dan yang dieksploitasi menjadi salah satu penyebabnya. Ada empat hal pokok dalam upaya penyelamatan lingkungan. Pertama, konservasi untuk kelangsungan hidup bio-fisik. Kedua, perdamaian dan keadilan (pemerataan) untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari dalam hidup bersama. Ketiga, pembangunan ekonomi yang tepat, yang memperhitungkan keharusan konservasi bagi kelangsungan hidup bio-fisik dan harus adanya perdamaian dan pemerataan (keadilan) dalam melaksanakan hidup bersama. Keempat, demokrasi yang memberikan kesempatan kepada semua orang untuk turut berpartisipasi dalam melaksanakan kekuasaan, kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam meningkatkan mutu kehidupan bangsa.[16]
            Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berimbang haruslah berorientasi pada kebutuhan pokok hidup manusia, pemerataan sosial, peningkatan kualitas hidup, serta pembangunan yang berkesinambungan. Agar pembangunan yang berwawasan lingkungan ini dapat berjalan dengan baik, maka pembangunan tersebut perlu memiliki pandangan jauh ke depan yang dirumuskan sebagai visi pembangunan. Dan dapat diimplementasikan ke dalam pembangunan jangka panjang secara ideal serta berorientasi kepada kepentingan seluruh rakyat. Visi pembangunan yang dimaksud adalah tercapainya peningkatan kualitas hidup seluruh masyarakat melalui: pengembangan kecerdasan, pengembangan teknologi, ketrampilan dan moral pembangunan sumber daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, serta seni untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pembangunan harus mengandung makna perkembangan dan perbaikan kualitas hidup masyarakat melalui keadilan. Berhasil atau tidaknya visi ini sangat tergantung pada misi pembangunan melalui strategi pembangunan yang dijalankan. Strategi pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam mendayagunakan sumber daya alam dengan segenap peluang serta kendalanya.[16] Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
  1. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala perencanaan yang baik dan layak.
  2. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi, yang berdampak positif bagi kelangsungan hidup pembangunan itu sendiri. 
  3. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan, sehingga sesuai dengan rencana dan tujuannya.[16]
            Di dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup titik tekannya ada di daerah, untuk itu seyogyanya di dalam program pembangunan nasional/daerah merumuskan program pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, yang mencakup :
  1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Bertujuan memperoleh dan menyebarluaskan informasi mengenai potensi dan produktivitas sda dan lh melalui inventarisasi dan evaluasi serta penguatan sistem informasi.
  2. Program Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam. Bertujuan menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sda dan lh laut, air, udara, atau dengan harapan tercapainya sasaran berupa terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sda yang tidak terkendali dan eksploitatif.
  3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Bertujuan meningkatkan kualitas lh dalam upaya mencegah kerusakan dan pencemaran  lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sda yang berlebihan.
  4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perundangan, kebijakan, serta terlaksananya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.
  5. Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup. Bertujuan meningkatkan peranan dan kepedulian semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sda dan pelestarian fungsi LH.[16]
            Mengingat kompleksnya di dalam pengelolaan LH, maka dalam pelaksanaan pembangunan dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan LH yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan saling memperkuat satu sama lain. Di samping itu yang terjadi di lapangan adalah menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan banyaknya hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah dalam masa otonomi daerah, di antaranya :
  1. Ego sektoral dan daerah, yang terjadi adalah pengelolaan hidup dilaksanakan overlaping antar sektor satu dengan sektor yang lain.
  2. Tumpang tindih perencanaan antar sektor.
  3. Dana yang masih sangat kurang untuk bidang lingkungan hidup.
  4. Keterbatasan sumberdaya manusia.
  5. Eksploitasi sumberdaya alam masih terlalu mengedepankan profit dari sisi ekonomi.
  6. Lemahnya implementasi peraturan perundangan.
  7. Lemahnya penegakan hukum lingkungan khususnya pengawasan.
  8. Pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup masih rendah.
  9. penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan.[16]
Dampak Lingkungan terhadapa Kesehatan
            Lingkungan merupakan habitat suatu organisme, sehingga apabila lingkungan terkondisi dengan baik yaitu sanitasi yang baik, perilaku yang sehat dan baik, maka organisme akan hidup dengan sehat dan nyaman. Akan tetapi sebaliknya, apabila lingkungannya kotor, sanitasi jelek serta perilaku yang tidak baik pada masyarakat maka akan membuat organisme rentan terhadap masalah kesehatan dan hidup dengan perasaan dan kondisi yang tidak nyaman.
            Oleh karena itu kondisi lingkungan yang sanitasinya baik akan meningkatkan derajat kesehatan suatu masyarakat, dan sanitasi yang buruk akan membuat masyarakat rendah derajat kesehatannya.

















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Ekologi darat merupakan habitat terbesar yang merupakan suatu ekosistem yang saling berkaitan, sehingga pelestarian lingkungan harus terus dijalankan dan pembangunan harus mempertimbangkan pula dengan kelestarian lingkungan.
4.2 Saran
ü  Setiap melakukan tindakan harus mempertimbangkan dampak yang akan terjadi bagi lingkungan.
ü  Melakukan pencegahan lebih baik daripada mengobati, dan rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki lingkungan yang mulai tercemar
ü  Pengelolaan sampah sebagai jalan mengurangi limbah dan pemanfaatan sampah akan membantu pemulihan lingkungan yang tercemar
ü  Pengelolaan sampah sebagai barang bernilai ekonomis dapat menghemat produksi sampah baru, serta membantu perekonomian, dan menjadikan lingkungan terlihat bersih dan indah sehingga mempernyaman dalam beraktivitas








BAB V
DAFTAR PUSTAKA

3.    Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
11. http://www.google.com
12. http://www.dephut.go.id
17. Noviasri, Putri.2009.Buku Kunci Biologi SMA.Yogyakarta:Galang Press


Tidak ada komentar:

Posting Komentar