SANITASI
MAKANAN
DAN HUBUNGANNYA
DENGAN KERACUNAN
Merupakan
tugas mata kuliah Ekologi Kesehatan
Dosen
pengampu : Rokhani, SKM

Disusun oleh:
1. Adni
Hanifah (SK.210.003)
2. Anwar
Annas Y (SK.210.008)
3. Endang Zaeni Ariyanti (SK.210.017)
4. Muhammad
Khoirunnas (SK.210.030)
5. Offin
Eko Adi W (SK.210.035)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. oleh karena itu,
industri pangan merupakan industri yang selalu akan tumbuh mengikuti
pertumbuhan penduduk. Terutama industri pangan berskala kecil bermunculan untuk
memenuhi permintaan tersebut.
Proses pengolahan makanan pada umumnya tidak memerlukan
teknologi dan penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi. Oleh karena itu, hampir
semua orang dapat memulai usaha tersebut.
Dengan munculnya jumlah industri pangan yang ada, tak sedikit
kasus keracunan yang terjadi. Keracunan makanan adalah masalah serius yang
sepertinya tidak akan ada habisnya. Keracunan makananpun bukanlah fenomena yang
baru. Dinegara maju pun masih ada kasus tersebut meskipun pengawasan makanannya
sudah sangat ketat.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai sanitasi
makanan dan hubungannya dengan keracunan makanan.
1.2 Rumusan
Masalah
־ Bagaimana
sanitasi makanan yang baik?
־ Hal
apa saja yang mempengaruhi keracunan makanan?
־ Hal
apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah keracunan makanan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
־ Mengetahui
hal-hal yang menyebabkan keracunan makanan
־ Mengetahui
sanitasi makanan yang baik
־ Dapat
mencegah hal-hal yang menimbulkan keracunan makanan
1.3.2 Tujuan Umum
Masyarakat dapat mengetahui sanitasi
makanan yang baik agar tidak terjadi keracunan makan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
I.
MEMPRODUKSI PANGAN YANG BAIK
A. Keamanan
Pangan
Dengan munculnya jumlah industri yang sangat besar maka kegiatan
pembinaan dan pengawasan yang merupakan pekerjaan yang sangat besar.oleh karena
itu, penting juga bagi pelaku industri untuk mengupayakan peningkatan keamanan
pangan. Dalam UU No 7 tentang pangan tahun 1996 (Bab II, pasal 6) dinyatakan
bahwa setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau
proses produksi, penyimpangan, pengangkutan, dan peredaran pangan wajib (a)
memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia; (b)
menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala; dan (c)
menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi.[1]
Mutu pangan (food quality)
adalah hal-hal yang membuat suatu produk pangan menjadi lebih baik dan lebih
enak dimakan dalam kaitannya dengan citarasa, warna, tekstur dan kriteria mutu
lainnya, seperti pilihan, ukuran, sifat fungsional, nilai gizi dan sebagainya.[1]
Tabel 1
Bahaya
Biologi
|
Bahaya
Kimia
|
Bahaya
Fisik
|
·
Virus
·
Bakteri
·
Protozoa
·
Parasit
|
·
Mikotoksin
·
Toksin kerang
·
Pestisida, herbisida, insektisida
·
Residu antibiotik dan hormon
pertumbuhan
·
Pupuk
·
Logam berat
|
·
Gelas
·
Kayu
·
Batu
·
Logam (potongan paku, isi stapler)
·
Serangga
·
Tulang
·
Plastik
·
Barang pribadi
|
Menurut klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli keamanan
pangan dari badan pertanian dan pangan AS (US-FDA), ancaman bahaya dari
keamanan pangan ini, berturut-turut dari
mulai yang paling berbahaya adalah sebagai berikut:
1. Kontaminasi
mikrobiologi
2. Masalah
gizi salah atau mal nutrisi
3. Kontaminasi
bahan kimia berbahaya
4. Bahan
senyawa beracun alami dalam bahan pangan
5. Residu
pestisida, dan
6. Pemakaian
bahan tambahan pangan yang salah[1]
Menurut catatan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM, Fardiaz, 2006), selama ini ada 4 masalah utama keamanan pangan,
yaitu sebagai berikut:
1. Pencemaran
pangan oleh mikroba karena rendahnya praktik-praktik sanitasi dan higiene.
2. Pencemaran
pangan oleh bahan kimia berbahaya, seperti residu pestisida, residu obat hewan,
logam berat, mikotoksin, dan sebagainya.
3. Penggunanan
yang salah bahan berbahaya yang dilarang digunakan untuk pangan seperti
formalin, boraks, rhodamin B, dan metanil yellow, dan
4. Penggunaan
melebihi batas maksimum yang diizinkan (abuse) dari bahan tambahan pangan yang
sudah diatur penggunaannya oleh Badan POM. Perlu disadari bahwa upaya
peningkatan keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersam yaitu pemerintah,
industri/produsen pangan, maupun konsumen.[1]
Keamanan pangan sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor teknis, seperti faktor air, oksigen, Ph, suhu, penanganan
(benturan, gesekan), dan waktu.[1]
Dalam hubungannya dengan pengembangan budaya
kerja karyawan yang baik, beberapa parameter kendali yang penting adalah
seperti berikut berikut ini:
1.
Menghindari
pencemaran / kontaminasi silang
Untuk membatasi pertumbuhan
dan perkembangan mikroba, maka harus dilakukan pengendalian, penyebaran mikroba
tersebut. Hal sederhana yang dilakukan adalah memisahkan makanan mentah dan
makanan matang. Hal sederhana ini sangat penting karena akan mencegah
terjadinya pencemaran/kontaminasi silang yang terjadi karena kontak makanan
yang sudah matang dengan makanan yang masih mentah. Kontak demikian akan
membuka peluang terjadinya perpindahan mikroba dari bahan pangan yang masih mentah
ke bahan pangan yang sudah matang.
2.
Menjaga
kebersihan dengan program sanitasi dan higiene
Program sanitasi tersebut
termasuk sanitasi peralatan. Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan
pangan harus selalu dijaga kebersihannya. Misalnya membersihkan sisa-siasa
makanan yang tertinggal pada mesin dan peralatan agar mikroba tidak memperoleh
nutrisi dari sisa makanan tersebut. Dengan demikian, menjaga kebersihan mesin
dan peralatan berarti mengurangi resiko tumbuhnya mikroba berbahaya.
Selanjutnya adalah higiene pegawai. Walaupun secara rutin telah dilakukan
upaya-upaya pengendalian dengan baik, masih ada saja kemungkinan terjadinya
keracunan yang disebabkan oleh produk makanan olahan. Hal ini sering disebabkan
oleh mikroba patogen yang pada umumnya ditularkan melalui pekerja setelah
proses pengolahan. Karena itu, penting untuk mengevaluasi dan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan sanitasi yang baik bagi para karyawan industri. Hal yang
perlu selalu dievaluasi adalah sejauh mana industri melatih dan mengawasi
pegawainya untuk selalu menerapkan CPMB, kususnya good personal hygiene practices dan prosedur keamanan pangan
lainnya. Pelaksanaan good personal
hygiene practices yang baik akan memperkecil resiko bahan pangan.
3.
Mengendalikan
kelembaban dan kadar air
Jika produk pangan merupakan produk kering atau produk
yang mempunyai aktivitas air (aw) rendah, maka bakteri tidak bisa
tumbuh dengan mudah. Oleh karena itu, produk pangan kering mempunyai resiko
yang lebih rendah daripada produk pangan basah.
4.
Mengendalikan
keasaman atau pH
Bakteri tidak suka dengan
kondisi asam. Oleh karena itu, proses pengawetan makanan dapat dilakukan dengan
menambahkan asam. Makanan dengan asam tinggi (pH rendah) mempunyai resiko kecil
tercemar mikroba daripada makanan berasam rendah (pH tinggi).
5.
Mengendalikan
proses dengan baik
Salah satu parameter proses
yang penting adalah waktu dan suhu. Industri yang baik harus memiliki alat
kendali suhu dan waktu yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba
(bakteri, kapang, dan jamur) pada makanan. Membiarkan bahan pangan terlalu lama
pada daerah suhu yang berbahaya danger
zone, yaitu pada kisaran suhu 4 0C – 60 0C dapat
mempercepat pertumbuhan mikroba patogen yang berbahaya. Oleh karena itu kendali
suhu dan waktu perlu dilakukan dengan baik.
6.
Mengendalikan
pengujian laboratorium
Selain secara rutin
melakukan kegiatan-kegiatan pembersihan dan sanitasi untuk setiap mesin dan
peralatan, industri perlu pula melakukan pengujian laboratorium untuk
memastikan bahwa sistem kendali yang dilakukannya telah mencapai sasaran yang
diinginkan. Pengujian secara rutin yang disertai dengan evaluasi hasil yang
baik akan memberikan input pada menejemen resiko yang lebih baik.[1]
B. Bahaya
Biologi
Bahaya biologi adalah benda hidup, umumnya
mikroba, yang keberadaannya pada bahan panngan akan menimbulkan masalah
kesehatan konsumen. Seperti diketahui, mikroba adalah organisme hidup yang
berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dideteksi menggunakan mikroskop.
Beberapa mikroba bersifat menguntungkan (misalnya mikroba penghasil asam laktat
dalam pembuatan yogurt atau sawi asin), tetapi beberapa mikroba bersifat sangat
merugikan; karena dapat menyebabkan penyakit.[1]
Jenis-jenis mikroba patogen
umum
Mikroba patogen menyebabkan keracunan
dengan dua cara utama, yaitu (1) melalui proses infeksi langsung (yaitu saat
seseorang mengkonsumsi makanan yang mengandung bakteri penyebab infeksi mungkin
juga menghasilkan toksin oleh usus manusia. Kondisi tersebut disebut dengan
toksikoinfeksi) dan atau (2) melalui produksi racun yang dihasilkan oleh
mikroba pada bahan pangan, kemudian bahan pangan yang mengandung racun tersebut
dikonsumsi oleh seseorang.[1]
Oleh karena itu tidak mengejutkan bahwa
jenis mikroba ini beberapa menyebabkan sakit perut, muntah, dan diare. Ada
beberapa jenis bakteri yang sering menyebabkan keracunan, yaitu:
1. Salmonella
Salmonella juga merupakan
bakteri yang cukup dikenal yaitu bakteri yang menyebabkan salmonelosis pada
manusia. salmonelosis ditandai dengan sakit kepala secara tiba-tiba, sakit
perut, diare, mual, dan muntah-muntah disertai demam.
2. E. Coli (Escherichia coli)
Bakteri E. Coli merupakan bakteri patogen yang sangat populer. Bakteri ini
menyebabkan gangguan perut dengan gejala demam dan diare. Dalam kondisi
tertentu, diare ini bisa menyebabkan dehidrasi yang berbahaya.
3. Listeria
4. Clostridium perfringens
Bakteri Clostridium perfringens akan membentuk spora jika terpapar dalam
kondisi yang buruk, misalnya selama proses pemanasan. Jadi penyimpanan
dilakukan pada kondisi suhu dibawah 4 0C atau di atas 60 0C.
5. Bacillus aureus
6. Staphylococcus aureus
Tidak seperti bakteri
patogen lainnya, Staph biasanya tidak
ditemukan pada saluran pencernaan, tetapi pada saluran hidung, bahkan pada kulit
manusia. sebagaimana gejala pangan yang lain, keracunan staphylococcal ditandai
dengan mual, keram perut, muntah, diare.
7. Clostridium botulinum
Bakteri Clostridium botulinum ini
mampu memproduksi racun yang diberi nama botulin dan menyebabkan keracunan (botulisme).[1]
C. Bahaya
Kimia
Pada dasarnya, bahaya kimia adalah segala bahan kimia yang
bersifat racun; sehingga mengancam kesehatan manusia. Bahaya kimia ini bisa
berasal dari bahan pangan itu sendiri, maupun berasal dari luar. Bahaya dari
luar bisa digolongkan menjadi dua yaitu bahaya yang masuk secara sengaja
(intentionally) ataupun secara tidak sengaja (non intentionally) pada bahan
pangan. Penambahan secara sengaja inibisa terjadi karena tidak adanya
kehati-hatian, tidak adanya kepedulian, bahkan karena ketidak tahuan. Misalnya,
penambahan bahan tambahan pangan tidak sesuai dengan tujuan penggunaan yang
diizinkan sesuai dengan peraturan. Keliruan semacam ini bisa menimbulkan bahaya
kimia pada produk pangan. Bahaya kimia secara tidak sengaja bisa terjadi karena
pada saat pencucian bahan makanan itu sendiri maupun peralatan yang digunakan.[1]
D. Bahaya
Fisik
Bahaya fisik adalah berupa fisik bahan pangan itu sendiri
ataupun bahan fisik lain yang keberadaannya bisa mengancam keselamatan
konsumen. Contoh bahaya fisik berupa benda asing, antara lain adalah pecahan
atau patahan tulang, logam, kaca, batang kayu yang bisa manyebabkan gangguan
kesehatan atau kecelakaan bagi konsumen.[1]
Bahaya fisik ini bisa masuk dalam rantai pangan mulai saat
pemanenan, distribusai/ transportasi dan pengolahan. Oleh karena itu, perlu
secara jeli diidentifikasi dan dikendalikan titik-titik yang memungkinkan
terjadinya pencemaran bahaya fisik.[1]
E. Bahan
tambahan pangan
Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam
makanan untuk maksud teknologi (termasuk organolepyik) pada pembuatan, pengolahan,
penyiapan, perlakuan, pengepakan, pemgemasan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak
langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
(menurut Permenkes 722,1988)[1]
Jadi pada dasarnya Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan,
tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan
pangan.[1]
F. Prisip
pengolahan pangan yang baik
Prinsip pengolahan pangan yang baik merupakan kaidah umum yang
perlu diperhatikan jika seseorang berkeinginan untuk memproduksi pangan untuk
memberikan jaminan keamanan dan mutu produk pangan yang dihasilkannya.
Secara sederhana prinsip pengolahan pangan yang baik merumuskan
syarat dan praktik yang baik khususnya yang berhubungan dengan empat komponen
penting pengolahan pangan yaitu:
1. Personalia
atau sumber daya manusia yang melakukan pengolahan pangan.
2. Bangunan,
fasilitas atau tempat dimana pengolahan pangan dilakukan.
3. Mesin
dan peralatan yang digunakan untuk pengolahan pangan.
4. Cara
pengolahan pangan dan pengendaliannya.[1]
Jelas bahwa bangunan atau ruangan dimana proses pengolahan
pangan dilakukan juga perlu dipersiapkan untuk memenuhi persyaratan tertentu.
Misalnya tempat cuci tangan harus disediakan sehingga setiap karyawan bisa
melakukan cuci tangan dengan mudah dan benar. Ruangan pengolahan juga
memerlukan tempat atau fasilitas penyimpanan yang memungkinkan pemisahan antara
bahan mentah dan produk yang telah diolah.[1]
Cuci
tangan
Contoh prinsip pengolahan pangan yang mendasar adalah hal-hal
yang berhubungan dengan kebersihan. Hal penting yang mendasar adalah kebiasaan
dan tata cara cuci tangan. Cuci tangan merupakan persyaratan penting untuk
mencegah kontaminasi karena tangan merupakan organ tubuh manusia yang aktif
bersentuhan dengan aneka benda termasuk bersentuhan dengan aproduk pangan yang
diolah.[1]
Tangan melakukan banyak hal, termasuk melakukan hal-hal yang
tidak bersih, seperti mengambil kotoran, membuang sampah, menutup mulut saat
bersin, menggaruk bagian yang gatal, dan sebagainya. Jika tanpa cuci tangan dan
lalu menyentuh produk pangan, peluang kontaminasinya akan sangat tinggi. Oleh
karena itu, prinsip kebersihan ini perlu ditanamkan kepada segenap sumber daya
manusia di industri pangan.[1]
Mencuci
tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir.
Sedangkan langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah sebagai
berikut:
- Basahi tangan dengan air di bawah kran atu air mengalir.
- Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun mengandung antiseptik.
- Gosokkan kedua telapak tangan.
- Gosokkan sampai ke ujung jari.
- Telapak tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
- Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
- Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
- Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
- Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
- Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.[3]

Gambar
1. Mencuci tangan
Keadaan bahan makanan
Semua
jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya
terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti
daging, ikan, susu, telur, makanan dalam kaleng, buah, dan sebagainya. Bahan
makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan
perjalanan makanan yang begirtu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang
begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah
menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas
(liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.[2]
Cara penyimpanan bahan
makanan
Tidak
semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan
yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan RS
perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda
dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang
memenuhi syarat higiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
־
Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus
(gudang) yang bersih dan memenuhi syarat.
־
Barang-barang agar disusun dengan baik
sehingga mudah diambil, tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang,
terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar
disimpan pada suhu yang dingin.[2]
Proses pengolahan
Pada
proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian
Yaitu:
1.
Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan
makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering
disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan
makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu
terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.[2]
2.
Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan
menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan
pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari
penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai
peluang untuk menularkan penyakit. Banyak
infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus
aureus
ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan
harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.[2]
3.
Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang
baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara
pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan
sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).[2]
Cara pengangkutan makanan yang telah masak
Pengangkutan
makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau penyimpanan perlu
mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu
maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat
atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya dalam
keadaan panas 60 0C atau tetap dingi 4 0C.[2]
Cara penyimpanan makanan
masak
Penyimpanan makanan masak dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan
tempat penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya
disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang
disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C. [2]
Cara penyajian makanan masak
Saat penyajian makanan yang perlu
diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan
yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus
sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya.[2]
II.
SANITASI DAN HIGIENE
Sanitasi pangan adalah semua
tindakan yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya makanan selama penanganan,
pengolahan, penyimpanan, dan distribusi. Bertujuan melindungi kesehatan
masyarakat melalui pengurangan ataupun penghilangan cemaran dalam bahan
makanan.[1]
Sanitasi
makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan
tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya
yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai
pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin
keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah
penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan /
pemborosan makanan.[2]
A.
Sanitasi Air
Air
adalah unsur yang paling penting untuk bisa melakukan proses sanitasi dan
higiene yang baik.[1] Berikut ini merupakan syarat air bersih.
Syarat fisik:
Tidak
berwarna
Tidak berasa
Suhu dibawah
suhu udara diluarnya
Tidak berbau
Syarat bakteriologis:
Air harus
bebas dari segala bakteri patogen
Pemeriksaan
100cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli
Syarat kimia:
Air harus mengandung zat-zat tertentu seperti
pada tabel berikut.
Jenis bahan
|
Kadar yang dibenarkan
|
Flour(F)
|
1-1,5
|
Chlor(cl)
|
250
|
Arsen(As)
|
0,05
|
Tembaga
|
1,0
|
Besi
|
0,3
|
Zat organik
|
10
|
Ph
|
6,5-9,0
|
Co2
|
0
|
[4]
1. Sumber dan Pengolahan
Sumber-sumber air:
Air hujan
Air sungai
Air danau
Mata air
Air sumur[4]
Pengolahan
air:
Secara
alamiah. Yaitu air dibiarkan mengendap agar jernih.
Dengan
menyaring. Yaitu secara sederhana dengan ijuk, kerikil, pasir. Dan secara
modern pada PAM(Perusahaan Air Minum).
Menambah zat
kimia. Yaitu dengan menambahkan tawas, untuk pengendapan.
Mengalirkan
udara. Bertujuan menghilangkan bau dan rasa tidak enak dengan menaikkan kadar
keasaman.
Memanaskan
sampi mendidih. Yaitu dengan memasak air untuk membunuh kuman-kuman.[4]
B. Pembersihan Dan Sanitasi Peralatan
1.
Pembersihan Peralatan
Pembersihan
dilakukan untuk menghilangkan kotoran. Adanya senyawa kimia seperti detergen membuat
pembersihan lebih mudah dan mengurangi tenaga kerja. Kombinasi antara waktu,
suhu, konsentrasi detergen akan menentukan efisiensi pembersihan. Beberapa
detergen yang stabil pada suhu panas dapat diaplikasikan pada suhu 54-71 0C.
Pembersihan dapat dilakukan dengan:
a.
Air
Air adalah pelarut detergen yang
penting.
b.
Pembersih
Pembersih alkali (bersifat basa)
terutama digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran lemak dan protein.
Pembersih asam (pH 2,5), umumnya
digunakan untuk membersihkan kotoran berupa deposit atau endapan kerak, seperti
endapan atau kerak kalsim (Ca) dan magnesium (Mg).
c.
Detergent atau
Surfaktan
Detergen atau surfaktan (senyawa
pembasah) merupakan senyawa yang tidak bersifat korosif dan umumnya dapat mengemulsi
dan mendispersi lemak, minyak, dan pigmen.
Berdasarkan sifat kimianya detergen
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
Detergen anionik
memiliki pH netral dan umumnya bisa digunakan bersama-sama dengan pembersih
asam dan basa, tetapi tidak dapat digunakan bersama detergen kationik. Beberapa
contoh detergen anionik antara lain adalah alkohol bersulfat dan hidrokarbon
bersulfat.
Detergen kationik adalah
golongan amonia kuartener (sering disebut quat). Quat merupakan senyawa
pembasah yang baik, tetapi memiliki kemampuan sebagai senyawa antibakteri
sehingga dapat juga berfungsi sebagai sanitaiser.
Detergen nonionik merupakan
pembersih yang baik bagi lemak dan sedikit dipengaruhi oleh kesadahan air.
Senyawa ini dapat digunakan bersama-sama senyawa anionik maupun kationik dan
jenis-jenisnya adalah sebagai berikut: polieteknosieter, kondensat etilen
oksida-asam lemak, dan kondensat amin-asam lemak.
d.
Bahan
Penggosok
Bahan penggosok (abrasives) berguna untuk pembersihan alat-alat secara
manual yang sangat membantu jika dilakukan bersamaan dengan detergen dan
pembersih lainnya.
e.
Sanitasi
Peralatan
Sanitasi bertujuan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang tertinggal
pada permukaan alat. Beberapa sanitaiser yang digunakan dalam industri pangan
antara lain sebagai berikut:
a.
suhu tinggi
(panas)
secara umum, pemanasan yang baik untuk mensanitasikan alat umumnya
dilakukan sehingga permukaan alat mencapai suhu 82 0C selama
beberapa menit. Uap panas dapat digunakan untuk proses sanitasi dengan cara
disemprotkan secara langsung kepermukaan alat. Sanitasi dengan uap tersebut
dilakukan dengan suhu 270 0F selama 15 menit atau 200 0C
selama 5 menit. Pada air panas dilakukan pada suhu 80 0C dan
langsung disemprotkan pada alat.
b.
iradiasi
ultraviolet (UV)
mikroorganisme dapat terbunuh jika terkena radiasi UV iradiasi. UV
umumnya secara terbatas digunakan untuk sanitasi udara ruang pengemas.
c.
ozon
ozon digunakan sebagai alat sanitasi udara. Pemakaian ozon (O3)
ini memerlukan kehati-hatian. Jika tidak terkendali, konsentrasinya akan
menyebabkan makanan menjadi teroksidasi dan tengik.
d.
bahan kimia
Klorin merupakan sanitaiser paling kuat dan paling banyak digunakan dalam
industri pangan.
Iodium (pH 3)adalah senyawa yang memiliki sifat antibakteri. Biasanya
digunakan iodofor, yaitu sanitaiser yang mengandung iodium dan detergen
anionik.
Quats adalah sanitaiser yang efektif, tetapi spektrum antimikrobanya lebih
sempit. Umumnya quats membunuh bakteri asam laktat. [1]
C. Higiene Pekerja
Orang perseorangan yang menangani secara
langsung dan atau berada langsung dalam lingkungan kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi
persyaratan sanitasi. (UU no 7, 1996, bab 2, pasal 6).[1]
Pengertian
higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk
melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan.[2]
1.
Kesehatan
pekerja
a)
Setiap
pekerja yang sedang terjangkit penyakit menular hendaknya tidak diperkenankan
masuk kerja. Hal ini berlaku untuk semua pekerja dibidang manapun. Pekerja
tersebut perlu beristirahat sampai penyakitnya sembuh.
b)
Setiap
pekerja sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum (general chek-up) setiap 6 bulan sekali.
c)
Pekerja yang
mendrita luka terbuka, luka bakar, dan penyakit infeksi bakteri tidak
diperkenankan bekerja diruang pengolahan pangan.
d)
Semua
pekerja harus mencuci tangan dengan air bersuhu 40-49 0C dan sabun
setiap dari kamar mandi dan WC.
e)
Semua
pekerja dilarang meludah dilingkungan pengolahan pangan.
2.
Kebersihan
tangan pekerja
a)
Semua
pekerja harus mencuci tangannya dengan air bersih yang mengalir sebelum mulai
bekerja dan setiap saat jika tangannya kotor.
b)
Pekerja yang
menderita luka di tangan masih diperbolehkan bekerja, tetapi harus mengenakan
sarung tangan karet.
c)
Saat bekerja
diruang pengolahan, pekerja diharuskan menutup mulut dengan sapu tanagn atau
tisue bila sedanng batuk atau bersin.
3.
Perlengkapan
pekerja
a)
Pekerja
harus menggunakan pakaian yang bersih dan sopan.
b)
Pekerja di
pabrik pengolahan pangan sebaiknya tidak menggunakan jam tangan, gelang,
cincin, dan benda kecil lainnya yang mudah putus.
c)
Pekerja
sebaiknya memakai baju dengan ukuran yang pas.
d)
Jumlah baju
seragam yang disediakan sebaiknya cukup sehingga pemakaiannya dapat dipakai
pada saat bekerja.
e)
Pekerja
harus selalu menggunakan topi, jaring, ataupun penutup rambut lainnya.
f)
Pekerja
harus memelihara kebersihan kuku-kuku tangan dan kaki, dengan cara dipotong
pendek, rapi dan bersih.
4.
Tata tertib
umum dan kebiasaan-kebiasaan lain
a)
Pekerja
dilarang merokok, makan atau minum selama berada dilingkungan pabrik pengolahan
pangan selama melakukan pekerjaan pengolahan pangan.
b)
Kebiasaan
buruk sperti mengorek hidung dengan tangan, mencicipi dan atau mencium pangan
yang sedang diolah perlu ditinggalkan.
c)
Jika
disediakan ruangan untuk merokok, maka kebersihan ruangan tersebut harus
dijaga.
d)
Pekerja
sebaiknya melapor pada pengawasnya jika menderita sakit.
e)
Pekerja
tidak diperkenankan duduk, menginjak, ataupun tidur diatas bahan-bahan baku.
f)
Pekerja
dibagian lain harus mencuci tangan saat memasuki ruang pengolahan pangan.[1]
E.
Sanitasi Lingkungan
Pembersihan dan sanitasi dinding,
atap,dan lantai ruang pengolahan pangan hanya boleh dilakukan dengan senyawa
kimia pembersih, yang diizinkan digunakan pada permukaan kontak makanan. Untuk
dinding, atap, lantai dan sanitaiser tidak perlu dibilas. Pembersihan dinding
dan atap dilakukan setiap hari, sedangkan untuk lantai dan saluran pembuangan
dibersihkan setiap akhir proses. Kotak sampah juga harus dikosongkan,
dibersihkan, dan disanitasi setiap akhir pergiliran kerja.[1]
III.
KERACUNAN MAKANAN
A. Definisi
Keracunan
Disebut keracunan makanan bila
seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang
paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri.[6]
Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh
kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang
berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.[6]
Seperti diketahui, bakteri sangat
menyukai suasana lingkungan yang lembab dan bersuhu ruangan. Pada kondisi ini,
pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan pesat. Bila suhu ini ditingkatkan
atau diturunkan maka perkembangan biakan bakteri pun akan berkurang atau
terhenti.[6]
Waktu timbulnya gejala setelah
seseorang mengkonsumsi makanan beracun sangat bervariasi terggantung jenis
kuman yang menginfeksi. Namun rata rata mereka akan mengeluhkan gangguan
kesehatan setelah 30 menit sampai 2 minggu setelah menyantap makanan beracun.
Keluhan yang dirasakan antara lain nyeri perut, mules, diare, muntah dan demam.
Keluhan ini dirasakan dari tingkat ringan sampai berat.[6]
B.
Penyebab
Keracunan Makanan:
1. Jenis makanan yang sering menyebabkan
keracunan antara lain adalah:
Daging ternak yang tidak dimasak atau dimasak setengah matang (bakteri E.coli dan cacing Trichinella).
Daging ternak yang tidak dimasak atau dimasak setengah matang (bakteri E.coli dan cacing Trichinella).
2. Pada ayam dan telur (bakteri Salmonella).
3. Pada makanan laut, khususnya jenis
kerang-kerangan (virus Hepatitis A dan jenis virus lainnya serta bakteri dan
logam berat).
4. Pada buah dan sayuran (virus Hepatitis A dan
parasit, kadang pestisida).
5. Pada susu yang tidak dipasteurisasi (bakteri
pembusuk).[5]
C. Cara Menghindari Keracuanan Makanan
1. Jangan membeli makanan yang segel pengamannya
tidak utuh lagi atau makanan kaleng yang kemasannya sudah penyok atau
menggelembung.
Pulang belanja, bahan makanan yang mudah rusak (ikan, daging, sayur, buah) segera simpan di kulkas. Jaga agar kulkas anda tetap pada suhu < 8oC dan suhu freezer < 0 oC.
Pulang belanja, bahan makanan yang mudah rusak (ikan, daging, sayur, buah) segera simpan di kulkas. Jaga agar kulkas anda tetap pada suhu < 8oC dan suhu freezer < 0 oC.
2. Cuci buah dan sayuran sebelum dimakan.
3. Saat memotong makanan gunakan papan
iris/talenan plastik karena bakteri bisa terperangkap di dasar talenan yang
terbuat dari kayu.
4. Cuci tangan minimal selama 20 detik dengan
sabun dan air hangat sebelum memasak dan menghidangkan makanan.
5. Hindari kontaminasi silang antar-makanan
dengan cara mencuci peralatan masak yang sebelumnya telah kontak dengan makanan.
6. Jauhkan hewan peliharaan dari seluruh area
tempat menyiapkan makanan.
7. Masak makanan untuk membunuh bakteri. Daging
merah dimasak hingga suhu 180 oC atau bila bagian dalamnya telah
berwarna coklat (telah matang benar).
8. Sisa makanan sebaiknya disimpan di lemari
pendingin, jangan tinggalkan makanan dalam suhu ruang > 2 jam. Panaskan
kembali sisa makanan tadi sebelum dimakan.
9. Hindari makan telur mentah dan jangan minum
susu yang tidak dipasteurisasi.
10. Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang
rasa, bau atau warnanya sudah berubah.
11. Jika tidak yakin apakah suatu makanan masih
baik atau tidak, jangan ambil risiko, buang saja makanan tersebut.[5]
Pengobatan
Bila keluhan akibat keracunan
makanan telah terjadi maka segeralah ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Bila diare, berikan oralit atau cairan lainnya sebelum ke dokter untuk mencegah
dehidrasi. Catatlah makanan yang sebelumnya dikonsumsi atau bila perlu bawa
contoh makanan yang telah dikonsumsi sebelum timbulnya keluhan. Hal ini berguna
untuk mengetahui jenis kuman yang menginfeksi sehingga pengobatan akan lebih
baik.[6]
Tips mencegah keracunan makanan
Berikut
tips yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan makanan :
- Biasakan mencuci tangan sebelum melakukan aktifitas yang berhubungan dengan makanan. Baik itu sebelum mengolah makanan atau menyantap makanan. Cucilah tangan menggunakan sabun agar kuman bakteri yang ada pada tangan segera mati.
- Pisahkan antara makanan yang belum diolah dengan makanan yang telah siap disajikan. Jangan menghidangkan makanan pada tempat yang kotor atau bekas dipakai tempat makanan mentah.
- Masaklah makanan sampai benar benar matang. Jangan mengkonsumsi makanan mentah atau makanan setengah matang.
- Bekukan makanan yang akan disimpan dalam waktu yang lama.[6]
Tips sederhana
mencegah keracunan makanan:
1. Menjaga
agar makanan panas tetap panas atau dingin.
2. Menyimpan
makanan yang mudah membusuk pada freezer.
3. Menyimpan
makanan sisa sesegera mungkin dalam lemari es.
4. Memasak
makanan hingga matang.
5. Tidak
menggunakan teler mentah yang telah retak kulitnya.
6. Mencuci
tangan sebelum mengolah, dan setelah menyentuh bahan makanan.
7. Menggunakan
2 alas pemotong; pemotong daging dan pemotong sayur.
8. Mencuci
bersih alas pemotong, minimal 3 kali dalam satu minggu dengan larutan hidrogen
peroksida: ¼ gelas H2O2 3% plus 7,5 liter air; ½ cangkir
klorin plus 1 liter air; kemudian dibilas dengan air bersih.
9. Segera
pulang saat berbelanja, terutama pada musim panas. Dan segera menyimpan
belanjaan sesuai petunjuk pada lebel.
10. Menyuci
peralatan yang bersinggungan dengan bahan mentah.
11. Mencuci
lap dapur dengan larutan (1 bagian pemutih berbasis klorin dicampur dengan 20
bagian air tiap hari).
12. Membuang
makanan berkaleng yang sudah berkarat.
13. Mengatur
suhu lemari es pada kurang dari sama dengan 4 0C dan freezer pada
-17 0C.
14. Tidak
memberi madu pada bayi, kecuali setelah berusia diatas 1 tahun.
15. Mencairkan
makana beku (terutama daging dan unggas) hanya didalam kemari es.[7]
Referensi :
1. Hariyadi,
Purwiyatno.2009.Memproduksi Pangan yang
Aman.Jakarta:Dian Rakyat
4.
Notoatmodjo, Soekidjo.2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta:Rineka
Cipta
6.
http://www.blogdokter.net/2010/01/22/keracunan-makanan/
7. MB,
Arisman.2009.Keracunan Makanan.Jakarta:EGC
BAB
III
PEMBAHASAN
Sanitasi pangan merupakan semua hal/tindakan
yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya makanan selama pemanenan, penanganan,
pengolahan, penyimpanan, distribusi dan penyajian. Hal ini bertujuan untuk melindungi
kesehatan masyarakat melalui pengurangan ataupun penghilangan cemaran dalam
bahan makanan yang dikonsumsi.
Jadi alangkah pentingnya sanitasi
makanan tersebut karena dengan sanitasi makanan, yaitu mulai dari proses
pemanenan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,
distribusi makanan serta sampai pada penyajian makanan dapat menghindarkan kita
dari bahaya keracunan makanan. Sehingga pada saat metabolisme makanan dalam
tubuh bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan kita mengkonsumsi makanan
tersebut, yaitu memperoleh gizi yang seimbang sesuai dengan angka kecukupan
gizi kita.
Pada saat pemanenan harus
diperhatikan bahaya fisik, biologis maupun kimia yang akan terjadi agar hasil
bahan makanan yang kita panen tidak tercemar dan menimbulkan bahaya bagi
pengkonsumsinya.
Serta pada saat pengolahan makanan
juga harus diperhatikan tingkat kebersihannya, mulai dari kebersihan bahan
makanan, kebersihan sanitaiser, kebersihan alat pengolahan pangan serta
kebersihan sipengolah makanan dan tempat atau lingkungan pengolahan pangan itu
sendiri. Karena pada saat pengolahan makanan, tingkat terkontaminasinya bahan
makanan dengan mikroba sangat tinggi. Sehingga tingkat ketelitian dalam
pengolahan pangan tidak boleh diabaikan. Selain itu penggunaan bahan tambahan
pada makanan juga perlu dipertimbangkan bahayanya bagi tubuh, sehingga saat
akan dilakukan penambahan bahan tambahan harus diketahui unsur-unsur yang
terkandung pada bahan tambahan makanan tersebut. Karena apabila dosisnya
melampaui batas maka akan berdampak buruk bagi kesehatan dan juga bisa disebut
dengan keracunan makanan karena berefek buruk pada tubuh manusia.
Tidak kalah pentingnya pada sanitasi
makanan yaitu distribusi dan penyajian. Pada saat distribusi, makanan yang
sudah diolah bisa saja terkontaminasi oleh zat lain. Misalnya saja pada saat
pendistribusian terjadi kerusakan pada kemasan makanan, maka akan menjadi
peluang bakteri untuk masuk kedalam bahan makanan tersebut. Walaupun semua
proses sanitasi sudah berjalan dengan baik, tetapi pada saat penyajian makanan/
pangan tidak sesuai prosedur maupun media yang digunakan pada proses penyajian
makanan belum bersih, maka akan menimbulkan tercemarnya makanan. Selain itu,
pada saat penyajian makanan tetapi lingkungan sekitarnya penuh dengan polusi
atau keadaan lingkungan sekitarnya tidak bersih maka makanan itu juga akan
tercemar oleh keadaan sekitarnya tersebut. Dan yang terpenting yaitu dari
sipenyantap/ konsumen makanan itu sendiri juga harus terjaga kebersihannya agar
pada saat mengkonsumsi makanannya tidak tercemar oleh bakteri dari tubuh
konsumen itu sendiri.
Hal sederhana yang perlu
diperhatikan yaitu kebersihan tangan, karena pada tangan terkandung bakteri
yang sangat banyak. Hal itu karena tangan selalu memegang sesuatu yang memicu
menempelnya bakteri pada tangan. Sehingga mencuci tangan dengan benar harus
selalu dilakukan terutama saat keluar kamar mandi atau WC dan saat memegang
makanan serta sebelum makan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sanitasi dan higiene pada
makanan merupakan langkah untuk mencegah timbulnya keracunan makanan akibat
pengolahan serta penyajian makanan yang tidak aman sehingga kadang-kadang
berakibat terjadinya keracunan makanan.
4.2 Saran
Sanitasi makanan harus
dilakukan oleh setiap orang maupun industri pengolahan pangan. Karena dari pengolahan
makanan yang tidak benar bisa mengakibatkan keracunan makanan dan membahayakan
nyawa seseorang.
BAB
V
DAFTAR
PUSTAKA
Hariyadi,
Purwiyatno.2009.Memproduksi Pangan yang
Aman.Jakarta:Dian Rakyat
http://www.blogdokter.net/2010/01/22/keracunan-makanan/
MB,
Arisman.2009.Keracunan Makanan.Jakarta:EGC
Notoatmodjo,
Soekidjo.2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu
dan Seni.Jakarta:Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar