Rabu, 02 Agustus 2017

Makalah Budaya Minum Teh yang Sehat



MAKALAH
BUDAYA MINUM TEH YANG SEHAT
Merupakan tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan
Dosen pengampu : Dwi Ariyani Yuniarti, S.Pi




Disusun oleh:
1.            Endang Zaeni Ariyanti                   (SK.210.017)
2.            Murwatri                                             (SK.210.033)
3.            Ovin Eko Widi                                   (SK.210.035)
4.            Rizqy Wulan Sari                             (SK.210.040)


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2011
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
            Perilaku hidup sehat merupakan kunci dari terciptanya hidup sehat sehingga meningkatkan derajat kesehatan suatu individu ataupun masyarakat, perilaku hidup sehat itu sendiri berasal dari perilaku masing-masing individu yang hal itu dipengaruhi oleh kebiasaan dari masyarakat disekitarnya. Dengan kata lain bahwa perilaku individu ada dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Contohya ketika dalam suatu masyarakat terdapat suatu individu yang memiliki penyakit menular maka akan membuat masyarakat sekitar bersikap menghindarinya, hal itu terjadi karena dalam diri setiap orang terdapat naluri untuk melindungi diri dari suatu hal yang berbahaya bagi dirinya. Tentu akan lain halnya ketika seseorang terkena penyakit tidak menular, mereka tidak menyadari akan penyebab dari penyakit itu, padahal hal itu merupakan akibat dari perilaku masyarakat yang tidak sehat.
            Agar mengerti perilaku sehat, kita harus mempertimbangkan bagaimana kepercayaan seseorang mempengaruhi cara melihat dunia dan bagaimana ingatan masa lalu mempengaruhi antisipasi dimasa datang. Lingkungan mempengaruhi perilaku, tetapi penggaruhnya secara tidak langsung,yaitu melalui keyakinan dan pengertian kita. Akhirnya, kita harus mempertimbangkan pandangan lain saat membahas bagaimana perubahan lingkungan dapat menyokong perubahan kepribadian.
            Banyak pengertian pribadi kita juga dimiliki orang lain dan menghasilkan komunikasi tentang hubungan nyata. Hal ini penting untuk mengantisipasi harapan orang lain dan untuk mengkoordinasi kegiatan sosial setiap hari.Sebagai contoh, jika kita meminta seseorang mengontrol detak jantung pak samitro, kita mengasumsikan bahwa orang tersebut mengetahui pentingnya detak jantung (secara umum dan untuk pasien ini tentunya), bagaimana memakai alat monitoring, bagaimana menginterpretasikan hasilnya dan apa yang harus dilakukan jika terobservasi detak jantung yang berbahaya. Tanpa penggetahuan ini (yang digabungkan dalam representasi, dan diwujudkan melalui sosialisasi kedua), orang tersebut tidak akan berespon seperti yang kita harapkan.
1.2 Rumusan Masalah
            Dalam makalah ini akan dibahas mengenai budaya minum teh di Indonesia yang merupakan perilaku yang terbentuk karena kebiasaan dari zaman dahulu. Sehingga ini akan mengubah perilaku minum teh yang biasa, menjadi budaya minum teh yang menyehatkan.
1.3 Tujuan
            Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui contoh perubahan perilaku individu dalam suatu masyarakat dan menghubungkan dengan teori yang ada.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Perubahan Perilaku
A. Definisi Perilaku
            Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992).
            Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.
            Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993).
            Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala. Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993).
            Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993).
            lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda.
            Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

B. Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit
            Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.    Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
            Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior)
                        Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
a.    Perilaku kesehatan lingkungan
      Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
      Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
b. Perilaku hidup sehat
                 Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain :
1)    Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.
2)    Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3)    Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.
4)    Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
5)    Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.
6)    Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
7)    Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.
c. Perilaku sakit (illness behavior)
                        Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
                        Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini mliputi :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2) Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
                        Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan sebagainya.

C.   Teori Perubahan Perilaku
1.    Teori S-O-R:
            Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus à Organisme à Respon. Perubahan perilaku ini terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process). Sehingga materi pembelajarannya adalah stimulus.
Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
a.    Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b.    Apabila diterima (adanya perhatian) dan mengerti (memahami) stimulus.
c.    Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
־      Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude))
־      Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
2.    Teori “Dissonance” : Festinger
            Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
            Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
                        Pentingnya Stim x Jml kog dis
Dissonance:---------------------------------------------------
                        Pentingnya Stim x Jml kog con
            Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).
3.    Teori fungsi: Katz
            Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi:
a.    Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
b.    Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
c.    Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)
4.    Teori “Driving forces”: Kurt Lewin
            Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a.    Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b.    Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c.    Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

D.   Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku
1.    Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah
2.    Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan
3.    Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu.


E.   Strategi Perubahan Perilaku
1.    Inforcement:
־      Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau perundangan.
־      Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
2.    Education:
־      Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan.
־      Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.
Kasus:
Sebuah keluarga miskin tinggal di desa di daerah Jawa Tengah. Sudah sejak kemarin anaknya yang ketiga berumur 1 tahun sakit. Gejalanya adalah: panas, tidak mau makan, napasnya cepat, dan sesak napas.
Pertanyaan:
1. Kemungkinan tindakan (perilaku) apa saja yang akan diambil oleh orang tua bayi tersebut, dan apa alasan setiap kemungkinan tindakan tersebut?
2. Apabila keluarga tersebut membawa anaknya ke Rumah Sakit, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan (tindakan) tersebut?

F.    Health Seeking Behavior
            Adalah perilaku orang untuk mencari penyembuhan pada waktu ia sakit atau mengalami nasalah kesehatan. Reaksi orang pada waktu sakit:
1.    Tidak berbuat apa-apa
2.    Diobati sendiri (tradisonal atau modern)
3.    Mencari pengobatan: Ke pengobat tradisional, Ke fasilitas kesehatan modern (mantri, dokter praktek swasta, Puskesmas, Rumah Sakit).

G.   Cara-Cara Perubahan Perilaku
            Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :
1.    Dengan Paksaaan. Ini bisa dilakukan dengan :
a.    Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang sampah disembaerang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jikatidak mentaatl.
b.    menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak mengerjakan apa yang dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati kalau tidak diberi oralit waktu mencret2.
2.    Dengan memberi imbalan.
                        lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya. Contoh:
־      kalau ibu-ibu mau menjadi akseptor KB akan diberi hadiah berupa Tabanas (ini imbalan materi)
־      kalau ibu-ibu menjadi akseptor K B lestari akan diberi kesempatan menghadap Presiden di Istana Negara (ini imbalan non materl).
־      kalau ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diimunisasi, maka anaknya akan sehat, (ini juga imbalan non materi).
            Dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau tertarik oleh imbalan tersebut, bukan karena kesadran atau keyakinan akan manfatnya
3.    Dengan membina hubungan baik.
Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan masyarakat. biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita. Misal: Pak Lurah membuat jamban karena tidak ingin mengecewakan petugas kesehatan yeng sudah dikenalnya dengan baik Jadi bukan karena kesadarannya akan pentingnya jamban tersebut.
5.    Dengan menunjukkan contoh-contoh.
                        Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas dengan lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para petugas juga berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang tempat, tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan tempat sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti ini biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat.
6.    Dengan memberikan kemudahan.
                        Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat. mampu membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya. Semua ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi dekat dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling.
7.    Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
                        Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi
pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat                         Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat. Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya.

2.2 Budaya minum teh di Indonesia
A. Teh dalam berbagai bahasa
            Aksara hanzi untuk teh adalah , tapi diucapkan berbeda-beda dalam berbagai dialek bahasa Tionghoa. Penutur bahasa Hokkien asal Xiamen menyebutnya sebagai te, sedangkan penutur bahasa Kantonis di Guangzhou dan Hong Kong menyebutnya sebagai cha. Penutur dialek Wu di Shanghai dan sekitarnya menyebutnya sebagai zoo.
            Bahasa yang menyebut "teh" mengikuti sebutan te menurut bahasa Hokkien: bahasa Afrikaans (tee), bahasa Armenia, bahasa Katalan (te), bahasa Denmark (te), bahasa Belanda (thee), bahasa Inggris (tea), bahasa Esperanto (teo), bahasa Estonia (tee), bahasa Faroe (te), bahasa Finlandia (tee), bahasa Perancis (thé), bahasa Frisia (tee), bahasa Galicia (), bahasa Jerman (Tee), bahasa Ibrani (תה, /te/ or /tei/), bahasa Hongaria (tea), bahasa Islandia (te), bahasa Irlandia (tae), bahasa Italia (), bahasa Latin (thea), bahasa Latvia (tēja), bahasa Melayu (teh), bahasa Norwegia (te), bahasa Polandia (herbata dari bahasa Latin herba thea), bahasa Gaelik-Skotlandia (, teatha), bahasa Sinhala, bahasa Spanyol (), bahasa Swedia (te), bahasa Tamil (thè), bahasa Wales (te), and bahasa Yiddish (טיי, /tei/).
            Bahasa yang menyebut "teh" mengikuti sebutan cha atau chai: bahasa Albania (çaj), bahasa Arab (شَاي), bahasa Bengali (চা), bahasa Bosnia (čaj), bahasa Bulgaria (чай), bahasa Kapampangan (cha), bahasa Cebuano (tsa), bahasa Kroasia (čaj), Bahasa Ceko (čaj), bahasa Yunani (τσάι), bahasa Hindi (चाय), bahasa Inggris Britania (char, chai), bahasa Jepang (, ちゃ, cha), bahasa Korea (), bahasa Makedonia (čaj), bahasa Malayalam, bahasa Nepal (chai), bahasa Persia (چاى), bahasa Punjabi (ਚਾਹ), bahasa Portugis (chá), bahasa Rumania (ceai), bahasa Rusia, (чай, chai), bahasa Serbia (чај), bahasa Slowakia (čaj), bahasa Slovenia (čaj), bahasa Swahili (chai), bahasa Tagalog (tsaa), bahasa Thai (ชา), bahasa Tibet (ja), bahasa Turki (çay), Bahasa Ukraina (чай), bahasa Urdu (چاى) dan bahasa Vietnam (trà atau chè).
            Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
            Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.
            Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.
            Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia[1]. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.
A.   Pengolahan teh dan pengelompokan
            Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
            Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
a.    Teh putih
            Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.


b.    Teh hijau
            Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
c.    Oolong
            Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.
d.    Teh hitam atau teh merah
            Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal.
            Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932).
            Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.
e.    Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
            Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami.
            Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun.           Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
f.     Teh kuning
            Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.
g.    Kukicha
            Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.
h.    Genmaicha
            Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang.
i.      Teh bunga
            Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati (H­eung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.
 Gambar Teh Da Hong Pao, sejenis teh Oolong
 Gambar Teh putih Bai Hao Yinzhen
 Gambar Teh Pu-erh tuo cha yang belum matang, setelah dipres
 Gambar Teh Huoshan Huangya, jenis teh kuning
B.   Ramuan teh
            Sebagian besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang membuat blend yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.
            Teh melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembaban agar harum melati dapat menempel pada daun teh.
C.   Komposisi
            Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.
D.   Kemasan
-       Teh celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.
-       Teh saring
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk membuat teh dalam quantity banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh celup.
-       Teh seduh (daun teh)
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
-       Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
-       Teh stik 
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
-       Teh instan 
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk.
2.3  Budaya Minum Teh di Indonesia dan Hubungannya Dengan Teori Perubahan Perilaku
            Minum teh adalah budaya atau kebiasaan sehari-hari orang indonesia dan dunia. Minuman teh biasanya menjadi menu wajib di tempat-tempat makan baik yang kecil sampai yang besar, semua menyediakan minuman teh dalam berbagai bentuk dan rasa. Teh berasal dari pucuk daun teh yang dikeringkan dengan berbagai cara sehingga menghasilkan teh yang siap diseduh untuk diminum. Jika malas kita pun tinggal beli teh dalam kemasan botol tinggal minum saja tanpa repot-repot lagi membuatnya.
            Teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk diet. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang. Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna coklat dianggap mengandung energi yang dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin agar seimbang.
            Minum teh tidak boleh asal-asalan karena ada pedoman/ petunjuk/ aturan yang perlu kita pahami agar tidak mendapatkan efek negatif dari kebiasaan minum teh kita. Memang teh memiliki kebaikan/manfaat bagi kesehatan tubuh kita karena mengandung antioksidan polifenol, vitamin c, vitamin e, vitamin a, dan lain sebagainya. Selama minum teh dalam batas wajar dan mengikuti peraturan yang ada, maka minum teh akan menyehatkan dan menyegarkan.
Aturan Main / Cara Minum Teh Yang Baik dan Benar :
1. Minum teh dalam satu hari maksimal adalah kurang lebih 5 cangkir teh atau 5 gelas teh ukuran 200ml karena mengandung kafein (tehin) yang tidak boleh terlalu banyak dikonsumsi orang.
2. Minum teh pada suhu yang sedang tidak terlalu dingin atau terlalu panas. Minum teh pada suhu tinggi / panas dapat mengakibatkan kanker esofagus / kanker tenggorokan.
3. Jangan merebus atau menyeduh teh dengan suhu lebih dari 80 derajat celsius agar zat-zat baik dalam teh tidak hilang.
4. Ubah kebiasaan minum teh manis dengan gula karena dapat mengurangi zat-zat gizi yang baik dalam teh. Selain itu teh manis bisa menyebabkan kencing manis alias diabetes melitus jika terlalu banyak mengonsumsi gula.
5. Hindari minum teh basi atau teh yang sudah lama (kecuali teh minuman dalam kemasan yang belum kedaluarsa) karena bisa membuat kita sakit.
6. Jika perut sedang kosong (belum makan) maka jangan minum teh karena bisa meningkatkan produksi asam lambung.
7. Minumlah teh di luar waktu makan karena jika kita minum saat makan atau sesudah makan dapat mengurangi gizi makanan kita karena diambil oleh zat stimulan teh.
8. Ibu hamil jangan minum teh karena bisa menyebabkan kontraksi rahim akibat zat kafein dan stimulan pada minuman teh. Ibu menyusui bisa mengganggu produksi air susu ibu (ASI).
9. Teh susu atau teh campur susu dipercaya dapat mengurangi zat stimulan pada teh. Sedangkan teh lemon (lemon tea) dapat membantu melindungi sistem pencernaan serta dapat mencegah kerang pada dinding usus.
10. Hati-hati minum teh kemasan siap minum dalam botol, kotak, gelas dan lain-lain. Periksa kemasan dan isi jangan sampai isinya palsu karena bisa merusak kesehatan kita. Pelajari yang asli dengan cermat agar bisa mudah membedakan dengan membandingkan dengan yang palsu.














BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Minum teh merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia, akan tetapi perilaku tersebut ternyata bermanfaat bagi tubuh kita, hal itu tergantung dari bagaimana memilih dan menyajikan teh dengan baik.

3.2  Saran
            Bagi para penikmat teh ada aturan main dalam menyeduh teh. Mereka percaya, cara menyeduh teh akan mempengaruhi cita rasa dan kenikmatan dari teh tersebut. Begitu pula dengan khasiatnya. Untuk mendapatkan kenikmatan dan khasiat teh sekaligus, ikutilah beberapa tahapannya :
1.    Pertama, gunakan air matang. Air dari sumber mata air akan menghasilkan teh yang lebih nikmat. Hindari menggunakan air, yang baru saja mendidih. Suhu air yang tepat sekitar 80 derajat. Air mendidih akan merusak zat antioksidan pada teh.
2.    Kedua, cucilah daun teh dengan menuangkan air panas secukupnya pada seduhan pertama. Lalu, kocoklah beberapa saat sebelum air teh dibuang. Ini untuk menghilangkan debu yang melekat pada dauh teh. Cara ini juga akan menghasilkan rasa teh yang nikmat.
3.    Ketiga, minumlah segera teh tersebut. Jangan menyimpan teh hingga 24 jam penuh. Soalnya, teh tersebut akan basi dan bisa menyebabkan diare.
4.    Keempat, simpanlah teh dalam wadah tertutup untuk menjaga aromanya.








BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1.    Novrida Manurung/kompas.com
2.    http://mancung64.wordpress.com/2008/12/15/cara-bikin-teh-yang-benar/
3.    http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/09/konsep-perilaku-dan-perubahan-perilaku.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar