MAKALAH
BUDAYA
MINUM TEH YANG SEHAT
Merupakan
tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan
Dosen
pengampu : Dwi Ariyani Yuniarti, S.Pi
Disusun oleh:
1.
Endang Zaeni Ariyanti (SK.210.017)
2.
Murwatri (SK.210.033)
3.
Ovin Eko Widi (SK.210.035)
4.
Rizqy Wulan Sari (SK.210.040)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2011
BAB
I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Perilaku hidup sehat merupakan kunci
dari terciptanya hidup sehat sehingga meningkatkan derajat kesehatan suatu
individu ataupun masyarakat, perilaku hidup sehat itu sendiri berasal dari perilaku
masing-masing individu yang hal itu dipengaruhi oleh kebiasaan dari masyarakat
disekitarnya. Dengan kata lain bahwa perilaku individu ada dan dapat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Contohya ketika dalam suatu masyarakat
terdapat suatu individu yang memiliki penyakit menular maka akan membuat
masyarakat sekitar bersikap menghindarinya, hal itu terjadi karena dalam diri
setiap orang terdapat naluri untuk melindungi diri dari suatu hal yang
berbahaya bagi dirinya. Tentu akan lain halnya ketika seseorang terkena
penyakit tidak menular, mereka tidak menyadari akan penyebab dari penyakit itu,
padahal hal itu merupakan akibat dari perilaku masyarakat yang tidak sehat.
Agar mengerti perilaku sehat, kita
harus mempertimbangkan bagaimana kepercayaan seseorang mempengaruhi cara
melihat dunia dan bagaimana ingatan masa lalu mempengaruhi antisipasi dimasa
datang. Lingkungan mempengaruhi perilaku, tetapi penggaruhnya secara tidak
langsung,yaitu melalui keyakinan dan pengertian kita. Akhirnya, kita harus
mempertimbangkan pandangan lain saat membahas bagaimana perubahan lingkungan
dapat menyokong perubahan kepribadian.
Banyak pengertian pribadi kita juga
dimiliki orang lain dan menghasilkan komunikasi tentang hubungan nyata. Hal ini
penting untuk mengantisipasi harapan orang lain dan untuk mengkoordinasi
kegiatan sosial setiap hari.Sebagai contoh, jika kita meminta seseorang mengontrol
detak jantung pak samitro, kita mengasumsikan bahwa orang tersebut mengetahui
pentingnya detak jantung (secara umum dan untuk pasien ini tentunya), bagaimana
memakai alat monitoring, bagaimana menginterpretasikan hasilnya dan apa yang
harus dilakukan jika terobservasi detak jantung yang berbahaya. Tanpa penggetahuan
ini (yang digabungkan dalam representasi, dan diwujudkan melalui sosialisasi
kedua), orang tersebut tidak akan berespon seperti yang kita harapkan.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai budaya minum teh di Indonesia yang merupakan perilaku yang terbentuk
karena kebiasaan dari zaman dahulu. Sehingga ini akan mengubah perilaku minum
teh yang biasa, menjadi budaya minum teh yang menyehatkan.
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengetahui contoh perubahan perilaku individu dalam suatu
masyarakat dan menghubungkan dengan teori yang ada.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Teori Perubahan Perilaku
A. Definisi
Perilaku
Perilaku
merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo
1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan
tindakan (ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru,
orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992).
Menurut
Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar
dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan evaluasi.
Menurut
Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat
terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak.
Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap
meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda,
orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993).
Menurut
Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap
tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara
menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan
pertanyaan berbentuk skala. Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit.
Notoatmojo 1993).
Menurut
Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap
dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang
berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai
proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses
belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses,
dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993).
lndividu
atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar
dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Azwar (1995)
menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi
yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan
seringkali jauh berbeda.
Hal
ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh
berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan
perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi
bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.
Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang
objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono
1993).
B.
Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit
Berdasarkan batasan perilaku dari
Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang
(organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan
ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Perilaku
pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu
dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari
itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
c.
Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat
menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan
penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan
minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health
seeking behavior)
Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau
kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self
treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
a. Perilaku
kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. dengan perkataan
lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu
kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214)
membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
b.
Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain :
1) Makan
dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti
kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam
arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga
tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan
empat sehat lima sempurna.
2) Olahraga
teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3) Tidak
merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari
hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan
pendidikan kesehatan kita.
4) Tidak
minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi
narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat.
Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan
minuman keras ini.
5) Istirahat
cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,
sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.
6) Mengendalikan
stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres
tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan
gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan
kegiatan-kegiatan yang positif.
7) Perilaku
atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan, dan sebagainya.
c.
Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit ini
mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap
sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,
dan sebagainya.
d.
Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi,
orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right)
dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus
diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini
mliputi :
1)
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2)
Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang
layak.
Mengetahui hak (misalnya
: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban
orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan
sebagainya.
C. Teori
Perubahan Perilaku
1. Teori
S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh:
Stimulus à
Organisme à
Respon. Perubahan perilaku ini terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak
rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu
perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process).
Sehingga materi pembelajarannya adalah stimulus.
Proses
perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
a. Adanya
stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b. Apabila
diterima (adanya perhatian) dan mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek
(organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
־ Kesediaan
untuk bertindak terhadap stimulus (attitude))
־ Bertindak
(berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
2. Teori
“Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang pada saat
tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau
keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang
lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan
(dissonance). Kalau akhirnya
stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka
berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi
keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut
Festinger:
Pentingnya Stim x Jml
kog dis
Dissonance:---------------------------------------------------
Pentingnya Stim x Jml
kog con
Terjadinya perubahan perilaku karena
adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi
karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran
perikasa hamil).
3. Teori
fungsi: Katz
Perubahan perilaku terjadi karena
adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai
dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip
teori fungsi:
a. Perilaku
merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
b. Perilaku
sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
c. Perilaku
berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)
4. Teori
“Driving forces”: Kurt Lewin
Perilaku adalah merupakan
keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan
(restraining forces). Perubahan perilaku
terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a. Kekuatan
pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b. Kekuatan
pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c. Kekuatan
pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
D. Bentuk-Bentuk
Perubahan Perilaku
1. Perubahan
alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam
(lingkungan) secara alamiah
2. Perubahan
terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh
yang bersangkutan
3. Kesiapan
berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses
internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini
berbeda pada setiap individu.
E. Strategi
Perubahan Perilaku
1. Inforcement:
־ Perubahan
perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.
־ Menghasilkan
perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
2. Education:
־ Perubahan
perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi
atau penyuluhan-penyuluhan.
־ Menghasilkan
perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.
Kasus:
Sebuah keluarga miskin tinggal di desa di daerah Jawa Tengah. Sudah sejak kemarin anaknya yang ketiga berumur 1 tahun sakit. Gejalanya adalah: panas, tidak mau makan, napasnya cepat, dan sesak napas.
Kasus:
Sebuah keluarga miskin tinggal di desa di daerah Jawa Tengah. Sudah sejak kemarin anaknya yang ketiga berumur 1 tahun sakit. Gejalanya adalah: panas, tidak mau makan, napasnya cepat, dan sesak napas.
Pertanyaan:
1. Kemungkinan tindakan (perilaku) apa saja yang akan diambil oleh orang tua bayi tersebut, dan apa alasan setiap kemungkinan tindakan tersebut?
2. Apabila keluarga tersebut membawa anaknya ke Rumah Sakit, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan (tindakan) tersebut?
1. Kemungkinan tindakan (perilaku) apa saja yang akan diambil oleh orang tua bayi tersebut, dan apa alasan setiap kemungkinan tindakan tersebut?
2. Apabila keluarga tersebut membawa anaknya ke Rumah Sakit, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan (tindakan) tersebut?
F. Health
Seeking Behavior
Adalah perilaku orang untuk mencari
penyembuhan pada waktu ia sakit atau mengalami nasalah kesehatan. Reaksi orang pada waktu sakit:
1. Tidak
berbuat apa-apa
2. Diobati
sendiri (tradisonal atau modern)
3. Mencari
pengobatan: Ke pengobat tradisional, Ke fasilitas kesehatan modern (mantri,
dokter praktek swasta, Puskesmas, Rumah Sakit).
G. Cara-Cara
Perubahan Perilaku
Untuk mencapai perubahan perilaku,
ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :
1. Dengan
Paksaaan. Ini bisa dilakukan dengan
:
a. Mengeluarkan
instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi
atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang
sampah disembaerang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jikatidak mentaatl.
b. menakut-nakuti
tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak mengerjakan apa yang
dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati kalau
tidak diberi oralit waktu mencret2.
2. Dengan
memberi imbalan.
lmbalan bisa berupa
materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa
materi, seperti pujian, dan sebagainya. Contoh:
־ kalau
ibu-ibu mau menjadi akseptor KB akan diberi hadiah berupa Tabanas (ini imbalan
materi)
־ kalau
ibu-ibu menjadi akseptor K B lestari akan diberi kesempatan menghadap Presiden
di Istana Negara (ini imbalan non materl).
־ kalau
ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diimunisasi, maka
anaknya akan sehat, (ini juga imbalan non materi).
Dalam hal ini orang berbuat sesuatu
karena terdorong atau tertarik oleh imbalan tersebut, bukan karena kesadran
atau keyakinan akan manfatnya
3. Dengan
membina hubungan baik.
Kalau
kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan masyarakat.
biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk
berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita. Misal:
Pak Lurah membuat jamban karena tidak ingin mengecewakan petugas kesehatan yeng
sudah dikenalnya dengan baik Jadi bukan karena kesadarannya akan pentingnya jamban tersebut.
5. Dengan
menunjukkan contoh-contoh.
Salah satu sifat manusia
ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas dengan lingkungannya
bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para petugas
juga berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang
tempat, tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat
disediakan tempat sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan.
Dengan contoh seperti ini biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu
berperilaku sehat.
6. Dengan
memberikan kemudahan.
Misalnya kita ingin agar
masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan kepada masyarakat,
pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat. mampu membayar pelayanannya
yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya. Semua ini
merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak
untuk memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi dekat
dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
keliling.
7. Dengan
menanamkan kesadaran dan motivasi
Dalam hal ini individu,
kelompok, maupun masyarakat, diberi
pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat. Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya.
pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat. Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya.
2.2 Budaya minum teh di Indonesia
A. Teh dalam berbagai bahasa
Aksara
hanzi
untuk teh adalah 茶,
tapi diucapkan berbeda-beda dalam berbagai dialek bahasa Tionghoa. Penutur bahasa Hokkien
asal Xiamen
menyebutnya sebagai te, sedangkan penutur bahasa Kantonis di Guangzhou dan
Hong Kong
menyebutnya sebagai cha. Penutur dialek Wu di Shanghai dan
sekitarnya menyebutnya sebagai zoo.
Bahasa
yang menyebut "teh" mengikuti sebutan te menurut bahasa Hokkien: bahasa Afrikaans (tee),
bahasa Armenia, bahasa Katalan (te),
bahasa Denmark (te), bahasa Belanda (thee),
bahasa Inggris (tea), bahasa Esperanto (teo),
bahasa Estonia (tee), bahasa Faroe (te),
bahasa Finlandia (tee), bahasa Perancis (thé),
bahasa Frisia (tee), bahasa Galicia (té),
bahasa Jerman (Tee), bahasa Ibrani
(תה, /te/ or /tei/), bahasa Hongaria (tea),
bahasa Islandia (te), bahasa Irlandia (tae),
bahasa Italia (tè), bahasa Latin (thea),
bahasa Latvia (tēja), bahasa Melayu (teh),
bahasa Norwegia (te), bahasa Polandia (herbata
dari bahasa
Latin herba thea), bahasa
Gaelik-Skotlandia (tì, teatha), bahasa Sinhala, bahasa Spanyol (té),
bahasa Swedia (te), bahasa Tamil (thè),
bahasa Wales (te),
and bahasa Yiddish (טיי, /tei/).
Bahasa
yang menyebut "teh" mengikuti sebutan cha atau chai: bahasa Albania (çaj),
bahasa Arab
(شَاي), bahasa Bengali (চা), bahasa Bosnia (čaj),
bahasa Bulgaria (чай), bahasa Kapampangan (cha), bahasa Cebuano (tsa),
bahasa Kroasia (čaj), Bahasa Ceko (čaj),
bahasa Yunani (τσάι), bahasa Hindi
(चाय), bahasa Inggris Britania (char, chai),
bahasa Jepang (茶, ちゃ, cha),
bahasa Korea (차),
bahasa Makedonia (čaj), bahasa Malayalam, bahasa Nepal (chai),
bahasa Persia (چاى), bahasa Punjabi
(ਚਾਹ), bahasa Portugis (chá), bahasa Rumania (ceai),
bahasa Rusia,
(чай, chai), bahasa Serbia (чај), bahasa Slowakia (čaj),
bahasa Slovenia (čaj), bahasa Swahili (chai),
bahasa Tagalog (tsaa), bahasa Thai
(ชา), bahasa
Tibet (ja), bahasa Turki (çay),
Bahasa Ukraina (чай), bahasa Urdu
(چاى) dan bahasa Vietnam (trà atau chè).
Teh adalah minuman
yang mengandung kafein,
sebuah infusi yang dibuat dengan cara
menyeduh daun,
pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis
dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau,
dan teh putih.
Istilah
"teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah,
rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan
Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung
daun teh disebut teh
herbal.
Teh
merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan
dengan kadar lemak, karbohidrat
atau protein
mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan
kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh
bunga dengan campuran kuncup bunga melati
yang disebut teh
melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling
populer di Indonesia[1].
Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh
di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara
penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.
A. Pengolahan teh dan pengelompokan
Teh
dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis
segera layu dan mengalami oksidasi
kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun
menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan
terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa
pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan
proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan
daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya
penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan
tidak ada etanol
yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi
yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh
ditumbuhi jamur
yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami
fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur
bersifat karsinogenik.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat
oksidasi:
a.
Teh
putih
Teh
yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu
belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan
klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh
jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di
luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup
juga mulai populer.
b.
Teh
hijau
Daun
teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik.
Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi
dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap
atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh
yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung
rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
c.
Oolong
Proses
oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang
biasanya memakan waktu 2-3 hari.
Daun
teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh
hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka,
Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi,
Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh
bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena
air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh
hitam" karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, "teh
merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang
termasuk golongan teh herbal.
Teh
hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode
pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang
sejak tahun 1932).
Teh
hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal
perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan
kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi
menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.
Teh
pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh
pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh
atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh
pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh
"matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara
artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama
disimpan dan mengalami proses penuaan alami.
Teh
pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur
daun teh mirip dengan proses pengomposan.
Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti
batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi
tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan
mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi
semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan
sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar
teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal.
Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh
pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan
merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit.
Orang Tibet
mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
f.
Teh
kuning
Sebutan
untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang
berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses
pengeringan yang lebih lambat.
g.
Kukicha
Teh
kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil
pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.
h.
Genmaicha
Teh
hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan
sangat populer di Jepang.
i.
Teh bunga
Teh
hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang
paling populer adalah teh melati (Heung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá
dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang
dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh
adalah mawar, seroja, leci dan
seruni.
B.
Ramuan teh
Sebagian
besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang
membuat blend yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang
berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa
menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat
dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga
agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.
Teh
melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur
dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembaban agar harum melati
dapat menempel pada daun teh.
C.
Komposisi
Teh
mengandung sejenis antioksidan
yang bernama katekin. Pada
daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau
dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung
lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga
mengandung kafein
(sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin
dalam jumlah sedikit.
D.
Kemasan
-
Teh celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya
dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk
membuat teh, tapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh
celup.
-
Teh saring
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya
dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk
membuat teh dalam quantity banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh
celup.
-
Teh seduh
(daun teh)
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus
dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai
dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh
yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam
kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk
menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
-
Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan
penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat
dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres
mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
-
Teh stik
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran
aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai
saringan teh.
-
Teh instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan
dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an
tapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai
rasa vanila, madu, buah-buahan
atau dicampur susu bubuk.
2.3 Budaya
Minum Teh di Indonesia dan Hubungannya Dengan Teori Perubahan Perilaku
Minum teh adalah budaya atau
kebiasaan sehari-hari orang indonesia dan dunia. Minuman teh biasanya menjadi
menu wajib di tempat-tempat makan baik yang kecil sampai yang besar, semua
menyediakan minuman teh dalam berbagai bentuk dan rasa. Teh berasal dari pucuk
daun teh yang dikeringkan dengan berbagai cara sehingga menghasilkan teh yang
siap diseduh untuk diminum. Jika malas kita pun tinggal beli teh dalam kemasan
botol tinggal minum saja tanpa repot-repot lagi membuatnya.
Teh juga sering dikaitkan dengan
kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk
diet. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang.
Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh
oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna coklat dianggap mengandung
energi yang dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin
agar seimbang.
Minum teh tidak boleh asal-asalan
karena ada pedoman/ petunjuk/ aturan yang perlu kita pahami agar tidak
mendapatkan efek negatif dari kebiasaan minum teh kita. Memang teh memiliki
kebaikan/manfaat bagi kesehatan tubuh kita karena mengandung antioksidan
polifenol, vitamin c, vitamin e, vitamin a, dan lain sebagainya. Selama minum
teh dalam batas wajar dan mengikuti peraturan yang ada, maka minum teh akan
menyehatkan dan menyegarkan.
Aturan
Main / Cara Minum Teh Yang Baik dan Benar :
1.
Minum teh dalam satu hari maksimal adalah kurang lebih 5 cangkir teh atau 5
gelas teh ukuran 200ml karena mengandung kafein (tehin) yang tidak boleh
terlalu banyak dikonsumsi orang.
2.
Minum teh pada suhu yang sedang tidak terlalu dingin atau terlalu panas. Minum
teh pada suhu tinggi / panas dapat mengakibatkan kanker esofagus / kanker
tenggorokan.
3.
Jangan merebus atau menyeduh teh dengan suhu lebih dari 80 derajat celsius agar
zat-zat baik dalam teh tidak hilang.
4.
Ubah kebiasaan minum teh manis dengan gula karena dapat mengurangi zat-zat gizi
yang baik dalam teh. Selain itu teh manis bisa menyebabkan kencing manis alias
diabetes melitus jika terlalu banyak mengonsumsi gula.
5.
Hindari minum teh basi atau teh yang sudah lama (kecuali teh minuman dalam
kemasan yang belum kedaluarsa) karena bisa membuat kita sakit.
6.
Jika perut sedang kosong (belum makan) maka jangan minum teh karena bisa
meningkatkan produksi asam lambung.
7.
Minumlah teh di luar waktu makan karena jika kita minum saat makan atau sesudah
makan dapat mengurangi gizi makanan kita karena diambil oleh zat stimulan teh.
8.
Ibu hamil jangan minum teh karena bisa menyebabkan kontraksi rahim akibat zat
kafein dan stimulan pada minuman teh. Ibu menyusui bisa mengganggu produksi air
susu ibu (ASI).
9.
Teh susu atau teh campur susu dipercaya dapat mengurangi zat stimulan pada teh.
Sedangkan teh lemon (lemon tea) dapat membantu melindungi sistem pencernaan
serta dapat mencegah kerang pada dinding usus.
10.
Hati-hati minum teh kemasan siap minum dalam botol, kotak, gelas dan lain-lain.
Periksa kemasan dan isi jangan sampai isinya palsu karena bisa merusak
kesehatan kita. Pelajari yang asli dengan cermat agar bisa mudah membedakan
dengan membandingkan dengan yang palsu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minum teh merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia, akan
tetapi perilaku tersebut ternyata bermanfaat bagi tubuh kita, hal itu
tergantung dari bagaimana memilih dan menyajikan teh dengan baik.
3.2 Saran
Bagi para
penikmat teh ada aturan main dalam menyeduh teh. Mereka percaya, cara menyeduh
teh akan mempengaruhi cita rasa dan kenikmatan dari teh tersebut. Begitu pula
dengan khasiatnya. Untuk mendapatkan kenikmatan dan khasiat teh sekaligus,
ikutilah beberapa tahapannya :
1. Pertama, gunakan air matang. Air dari sumber
mata air akan menghasilkan teh yang lebih nikmat. Hindari menggunakan air, yang
baru saja mendidih. Suhu air yang tepat sekitar 80 derajat. Air mendidih akan
merusak zat antioksidan pada teh.
2. Kedua, cucilah daun teh dengan menuangkan air
panas secukupnya pada seduhan pertama. Lalu, kocoklah beberapa saat sebelum air
teh dibuang. Ini untuk menghilangkan debu yang melekat pada dauh teh. Cara ini
juga akan menghasilkan rasa teh yang nikmat.
3. Ketiga, minumlah segera teh tersebut. Jangan
menyimpan teh hingga 24 jam penuh. Soalnya, teh tersebut akan basi dan bisa
menyebabkan diare.
4. Keempat, simpanlah teh dalam wadah tertutup
untuk menjaga aromanya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Novrida Manurung/kompas.com
2. http://mancung64.wordpress.com/2008/12/15/cara-bikin-teh-yang-benar/
3. http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/09/konsep-perilaku-dan-perubahan-perilaku.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar