HAMBATAN KOMUNIKASI
DALAM KESEHATAN IBU DAN ANAK
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah Teknik KIE, advokasi, dan konseling KIA
Dosen
Pengampu : dr. Rochmiati
Disusun oleh:
1.
Endang
Zaeni A (SK.210.017)
2.
Fitriana (SK.210.019)
3.
Mei
Widanarti (SK.210.025)
4.
Rizki
Tri Utami (SK.210.039)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KENDAL
TAHUN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi
merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat untuk
menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan menggambarkan
kebudayaan pada masyarakasi. Hal ini membuat media
menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Untuk
memenuhi kebutuhan berinteraksi yang bersifat antarpribadi, dipenuhi melalui
kegiatan komunikasi interpersonal atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan untuk
berkomunikasi secara publik dengan orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas
komunikasi massa.
Dengan
demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya kehidupan suatu
masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi sekaligus
merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin manusia hidup
di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.
Dalam setiap
bidang, komunikasi perlu dilakukan dan salah satunya kesehatan. Dalam kesehatan
komunikasi diperlukan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat menuju derajat
kesehatan yang setinggi–tingginya. Namun terkadang mengalami berbagai hambatan.
Maka dari itu akan dibahas beberapa hambatan komunikasi dalam kesehatan ibu dan
anak, melihat bahwa banyak ibu yang perlu diberikan pendidikan kesehatan
terkait dengan kesehatan ibu dan juga kesehatan anak.
B.
Rumusan Masalah
Yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Komunikasi umum
2.
Komunikasi kesehatan
3.
Kesehatan ibu dan anak
4.
Hubungan komunikasi umum dan komunikasi kesehatan Ibu
dan Anak
5.
Hambatan yang terjadi pada komunikasi dalam kesehatan
ibu dan anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Umum
Komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain
melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka
dan lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964). Komunikasi itu sendiri bisa
diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberikan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku
baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung. Komunikasi adalah suatu
proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya
dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang
lain (khalayak).
Komunikasi
adalah suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau
peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam
kurun waktu tertentu. Sebagai proses komunikasi tidak ‘statis’ tapi ‘dinamis’
dalam arti akan mengalami perubahan secara terus menerus. Berikut ini merupakan
karakteristik komunikasi:
1.
Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan.
2.
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama
dari para pelaku yang terlibat.
3.
Komunikasi bersifat simbolis.
4.
Komunikasi bersifat transaksional.
5.
Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang.
B.
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan kesehatan
oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan
untuk mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan
yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani),
dan sosial. Jadi, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian informasi
tentang kesehatan atau "Seni dan teknik pemberitahuan, mempengaruhi, dan
memotivasi penonton individu, kelembagaan, dan publik tentang isu-isu kesehatan
penting.
Ruang
lingkup komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi kesehatan,
kebijakan kesehatan, dan bisnis perawatan kesehatan serta peningkatan kualitas
hidup dan kesehatan individu dalam masyarakat "- People Sehat 2010, hal
11-20 "Sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan dengan
pemahaman dan saling ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi simbolik
dalam bentuk pesan dan makna) dan kepercayaan kesehatan terkait, perilaku dan
hasil." Cline, R. 2003.
"Komunikasi
Kesehatan adalah pendekatan yang beragam dan multidisiplin untuk mencapai
audiens yang berbeda dan berbagi informasi kesehatan terkait dengan tujuan
mempengaruhi, menarik dan mendukung individu, masyarakat, profesional
kesehatan, kelompok khusus, pembuat kebijakan dan masyarakat untuk juara,
memperkenalkan, mengadopsi, atau mendukung perilaku, praktek atau kebijakan
yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil kesehatan. atau mekanisme dimana
pesan-pesan kesehatan dikomunikasikan dari para pakar di bidang kesehatan medis
dan masyarakat untuk orang-orang yang dapat dibantu dengan pesan-pesan ini.
Berikut ini
adalah komponen-komponen komunikasi kesehatan:
1.
Komunikator adalah orang atau lembaga yang
menyampaikan pesan, misalnya berisikan himbauan untuk melakukan 3M dalam
mencegah dan memberantas penyebaran dan perkembangan nyamuk aedes agyphti yang
menyebabkan penyakit DBD.
2.
Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang
yang mempunyai arti, contohnya bias berupa slogan tentang hidup sehat dan
lain-lain.
3.
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan
bias berupa manyarakat maupun lembaga tertentu yang bertanggung jawab atas
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
4.
Media adalah sarana atau saluran yang mendukung proses
penyampaian pesan. Media dimaksud bias berupa media cetak maupun elektronik
yang dahulu biasa dilakukan dengan kegiatan penyuluhan.
5.
Efek adalah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh
pesan . efek atau dampak ialah nilai ketercapaian kita dalam penyanpaian pesan.
Nilai baik maupun sebaliknya tergantung cara kita dalam menyampaikan pesan
tersebut.
Landasan yang digunakan dalam komunikasi kesehatan adalah Undang-undang
Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan
manajemen dan upaya kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang sederhana
hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi
Kesehatan dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan. Pendekatan
sentralistis di waktu lampau menyebabkan tidak berkembangnya manajemen
kesehatan di unit-unit kesehatan dan di Daerah. Manajemen memang akan
berkembang dengan baik pada saat suatu unit atau Daerah diberi kewenangan untuk
mengurus dirinya sendiri (otonom).
Dengan kurang jelasnya manajemen kesehatan diwaktu lampau, maka kebutuhan
informasi dan datanya pun menjadi tidak jelas pula. Oleh karena itu, tahun 2001
yang merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah dapat dianggap sebagai momentum
yang tepat untuk mulai mengembangkan kembali Sistem Informasi Kesehatan.
Mendukung hal tersebut maka pada tahun tersebut di terbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
Seiring dengan pesatnya perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi (ICT) maka pada tahun 2003 dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengem-bangan egovernment.
Kemudian dijabarkan lagi melalui Surat Keputusan Menteri Informasi &
Komunikasi nomor 56/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Manajemen Sistem
Dokumen Elektronik (versi 1.0) dan Surat Keputusan Kepala Badan Administrasi
Negara Nomor 239/IX/6/8/ 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
C.
Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya
kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan
masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun
sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan
sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam
hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah),
pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam
pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan akan di taman kanak-kanak.
D.
Hubungan
komunikasi umum dan komunikasi kesehatan Ibu dan Anak
Komunikasi
merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat untuk menyebarluaskan
pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan menggambarkan kebudayaan pada
masyarakat. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang
kuat di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi yang bersifat
antarpribadi, dipenuhi melalui kegiatan komunikasi interpersonal atau
antarpribadi. Sedangkan kebutuhan untuk berkomunikasi secara publik dengan
orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas komunikasi massa.
Dengan
demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya kehidupan suatu
masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi sekaligus
merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin manusia hidup
di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.
Komunikasi kesehatan
sendiri menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan selama 20 tahun
terakhir. Contoh, komunikasi kesehatan memegang peranan utama atau
pengontribusi dalam pemenuhan 219 dari 300 tujuan khusus dalam Healthy People
2010. Apabila digunakan secara tepat, komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi
sikap, persepsi, kesadaran, pengetahuan dan norma sosial yang kesemuanya
berperan sebagai precursor dapa perubahan prilaku. Komunikasi kesehatan sangat
efektif dalam mempengaruhi prilaku karena didasarkan pada psikologi sosial,
pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan
menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan –pencegahan.
Karya awal
yang mempengaruhi perkembangan komunikasi kesehatan di susun oleh National
Cancer Institute (NCI) dan diberi judul Making Health Communication Programs
Work: A Planner’s Guide. Panduann ini menyatakan bahwa bidang ilmu seperti
pendidikan kesehatan, pemasaran sosial, dan komunikasi massa secara bersama
mendefinisikan komunikai kesehatan. Bukan hal luar biasa apabila mendengar
peryataan bahwa komunikasi kesehatan bahkan merupakan nama yang lebih baik
untuk profesi daripada promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan bahwa segala
sesuatu yang dilakukan dalam promosi kesehatan melibatkan komunikasi untuk
kesehatan. Kenyataannya, komunikasu kesehatan telah didefinisikan secara luas
oleh Everett Rogers, seorang pelopor dalam bidang komunikasi, sebagai segala
jenis komunikasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan.
Komunikasi
kesehatan juga dapat mencerminkan bagaimana persoalan kesehatan diterima oleh
audiens tertentu. Contoh, NCI mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai seni
dan teknik menyampaikan informasi, mempengaruhi, dan memotivasi individu,
institusi, dan audiens public tentang pentingnya persoalan kesehatan. The
Centers of Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan komunikasi
kesehatan sebagai suatu ilmu dan sebagai penggunaan strategi komunikasi untuk
menyampaikan informasi dan mempengaruhi keputusan individu dan masyarakat yang
dapat meningkatkan kesehatan. Walau begitu, masih ada orang yang membicarakan
konsep tersebut dengan menekankan berbagai bentuk aplikasinya , termasuk
advokasi media, komunikasi resiko, pendidikan hiburan, materi cetak, dan
komunikasi interaktif.
Ada dua
perspektif utama yang diambil ketika mempertimbangkan komunikasi kesehatan
dalam praktik promosi kesehatan saat ini. Beberapa praktisi memandang
komunikasi massa sebagai proses menyeluruh yang membingkai penerapan intervensi
promosi kesehatan. Praktisi ini memandang komunikasi kesehatan sebagai strategi
atau aktifitas sempit seperti publikasi informasi atau sejenis komunikasi.
Antar personal yang mungkin berlangsung antara pendidik kesehatan dan kliennya.
Kedua pemikiran itu menyebabkan komunikasi kesehatan rentan terhadap penafsiran
yang luas dan kesalahpahaman.
Jadi,komunikasi
kesehatan diperlukan di bidang kesehatan karena komunikasi dalam kesehatan
merupakan kunci pencapaian peningkatan tarap atau tingkat kesehatan masyarakat.
Sejauh ini komunikasi senantiasa berkembang seiring berkembangnya dunia
teknologi komunikasi. komunikasi yang dulunya biasa dilakukan dengan penyuluhan
yang secara langsung berhadapan dengan masyarakat dan dilakukan dengan media
audio/radio sekarang lebih popular dengan penyampaian pesan atau informasi
kesehatan melalui media internet maupun media cetak dan elektronik. Tidak hanya
bernilai praktis namun mempunyai nilai ekonomis dan tampilannya lebih menarik.
Media yang berkembang tersebut sangat membantu dalam ketercapaian komunikasi
kesehatan karena tercapai atau tidaknya komunikasi kesehatan lebih dikarenakan
penggunaan media informasi yang tepat, pesan yang sistematis dan mudah
dimengerti.
Sebagaimana
dikemukakan Johr R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan
Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga pemahaman mengenai komunikasi, yakni
komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi, dan
komunikasi sebagai transaksi.
E.
Hambatan
yang terjadi pada komunikasi dalam kesehatan ibu dan anak
Hambatan
yang biasa terjadi pada komunikasi dalam kesehatan ibu dan anak adalah:
1.
Hambatan
dari Proses Komunikasi
a. Hambatan
dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
b. Hambatan
dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan
tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan
antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan
terlalu sulit.
c. Hambatan
media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
d. Hambatan
dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.
e. Hambatan
dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
f. Hambatan
dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya
akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
2. Hambatan Fisik. Hambatan fisik
dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan
lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
3. Hambatan Semantik. Kata-kata yang
dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda,
tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
4. Hambatan Psikologis. Hambatan
psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan
nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
Berikut
ini merupakan cara untuk mengatasi terjadinya hambatan komunikasi dalam
kesehatan ibu dan anak:
1.
Membuat suatu pesan secara berhati-hati, tentukan
maksud dan tujuan komunikasi serta komunikan yang akan dituju.
2.
Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi,
komunikator harus berusahadapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan
perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga penyampaian pesan dapat
berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3.
Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan,
cara dan waktu penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar
mengahasilkan umpan balik dari komunikan sesuai harapan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kerjasama lembaga kesehatan dan
elemen masyarakat sangat mempengruhi ketercapaian penyampaian informasi
kesehatan. Komunikasi kesehatan hendaknya memenuhi unsur komunikasi itu sendiri,
seperti lembaga kesehatan sebagai komunikator, masyarakat sebagai komunikan,
internet maupun media cetak tan elektronik sebagai media dalam penyampaian
pesan, pesan yang ingin disampaikan dan perubahan setelah disampaikan pesan
sebagai efek positif.
Komunikasi dalam kesehatan ibu dan
anak hendaknya selalu mengalami perubahan seiring perubahan lingkungan dan
disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan pelaku atau komunikator hendaknya
lebih variatif dan inovatif dalam penyampaian pesan informasi kesehatan.
B.
Saran
Setelah membaca makalah ini untuk
dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari cara berkomunikasi yang baik
dalam masyarakat dan memahami cara-cara atau strategi dalam berkomunikasi
mengenai kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2009/12/hambatan-komunikasi.html
diakses tanggal 16 Maret 2013
http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2009/10/13/hambatan-hambatan-dalam-komunikasi/
diakses tanggal 16 Maret 2013
http://rtn-alwaysforyou.blogspot.com/2010/01/e-hambatan-komunikasi.htm
diakses tanggal 16 Maret 2013
http://seramoeprintstation.blogspot.com/2013/02/11/kesehatan-Ibu-dan-Anak/
diakses tanggal 17 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar